Pasar tradisional saat ini menghadapi permasalahan eksternal dan internal yang berpengaruh besar terhadap eksistensi mereka. Dari sisi eksternal pasar tradisional menghadapi kenyataan bahwa kebijakan saat ini tidak cukup mendukung potensi mereka untuk berkembang. Demikian pula persaingan dengan ritel modern yang sangat ekspansif semakin menciptakan kondisi bahwa pasar tradisional semakin ditinggalkan oleh konsumennya. Disisi internal, pasar tradisional menghadapi kenyataan bahwa fisik pasar yang tua tanpa renovasi, sementara manajemen pasar tidak mampu mengatasi perubahan dalam menata pasar tradisional yang bersih, nyaman dana man.Perubahan lingkungan dalam bisnis ritel menuntut pemecahan masalah eksternal dan internal pasar tradisional. Penelitian ini mencoba menganalisa model pengembangan tempo dulu (model tradisional), model yang berjalan saat ini (model transisi) dan model pengembangan masa depan (model integrase) yang dapat memadukan antara model yang telah dan sedang berjalan dengan model yang dibutuhkan di masa depan.Belajar dari pengalaman dalam pembinaan dan model yang dikembangkan di negara lain, maka kajian ini mencoba untuk mengintrodusir model integrase dalam pengembangan pasar tradisional.

Debate on Indonesia’s sugar polisy was stimulated by the sharp increase in the sugar retail price after the implementation of import regulatory policy regim based on the Trade and Industrial Ministry Decree No. 643/MPP/Kep/9/2002.23 September 2002 revised with the Trade and Industrial Ministry Decree No. 527/MPP/Kep/9/2004/and followed by Ministry of Trade Decree No. 19/M-DAG/PER/4/2006 tanggal 19 April 2006.UsIng the annual data for the period of 1998-2004,this study examines the “reasonable sugar retail price “in Indonesia using two approaches i.e (1) import parity and (2) production cost and distribution ; and based on those reasonable sugar retail prices, this study try to analize the  efficiency of the “system tataniaga gula “in Indonesia.The results show that because of the government policy intervension, sugar retail price paid by the sugar cosumer in Indonesia is higher than if no government intervention ( free Trade). It is about 43.07 % and 3.43.% higher based on the first and second approach, respectively, moreover , due to the various, government policies related to tariff and import regulation, cosumer lost for about Rp. 3.8 – Rp 6.2 Trillion a year, but producer get benefit for about Rp.3.2 – Rp 5.2 Trilion ayear. Hence, The dead weight loss due to the”system tataniaga gula “is about Rp. 06- 10 trillion a year.