Penelitian dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman makrozoobentos epifauna pada perairan pulau Lae-lae Makassar. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode purposive sampling sehingga diperoleh 3 stasiun yaitu stasiun I berada pada bagian barat pulau Lae-lae Makassar, stasiun II pada bagian selatan dan stasiun III pada bagian timur. Teknik pengambilan sampel makrozoobentos epifauna menggunakan metode line transect. Hasil penelitian menunjukkan keanekaragaman makrozoobentos epifauna pada perairan pulau Lae-lae Makassar diperoleh 2 kelas makrozoobentos yaitu Bivalvia dan Crustacea dengan jumlah spesies 8 dan jumlah individu sebanyak 38.Indeks keanekaragaman (H') pada stasiun I (1,08), stasiun II (1,56) dan stasiun III (1,41). Dari ketiga stasiun tersebut nilai indeks keanekaragaman di kategorikan rendah. Keseragaman (E) makrozoobentos epifauna pada stasiun I yaitu 0,98, stasiun II 0,97 dan stasiun III 0,87. Dari ketiga stasiun tersebut nilai indeks keseragaman termasuk kategori komunitas stabil. Indeks dominansi (C) makrozoobentos epifauna makrozoobentos pada stasiun I diperoleh nilai indeks dominansi yaitu 0,34, stasiun II 0,21 dan stasiun III 0,27. Dari ketiga stasiun terebut di kategorikan dengan nilai indeks dominansi yang tergolong rendah 0,00 < C < 0,50. Kata Kunci: Makrozoobentos, Epifauna, Keanekaragaman.
: Agricultural waste is composed of carbohydrates which can be be used as a growth medium for bacteria Acetobacter xylinum to produce fermented products in the form of nata. Producing nata from fruit waste such as Cassava peels (Manihot esculenta), Ladyfinger bananas peels (Musa acuminata Colla) and Durian peels (Durio zibethinus) is one of the efforts to reduce environmental pollution. This study aims to compare the quality of nata from Cassava peels (endodermis), Ladyfinger bananas peels (endodermis) and durian peels (endodermis) based on the gel thickness, nata yield and organoleptic test. From the results of the study concluded that Durian peels and Ladyfinger bananas peels could be used as an essential ingredient in making nata. Nata de durio is the best nata product in terms of thickness, nata yield and organoleptic tests. Meanwhile Cassava peels cannot be used as raw material for making nata.Abstrak : Limbah pertanian terdiri dari karbohidrat, yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan bagi bakteri Acetobacter xylinum untuk menghasilkan produk fermentasi dalam bentuk nata. Memproduksi nata dari limbah buah seperti kulit ubi kayu (Manihot esculenta), kulit pisang Ladyfinger (Musa acuminata Colla), dan kulit Durian (Durio zibethinus) adalah salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas nata dari kulit ubi kayu (endodermis), kulit pisang emas (endodermis), dan kulit durian (endodermis) berdasarkan ketebalan gel, rendemen nata, dan uji organoleptik. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kulit Durian dan kulit pisang emas dapat digunakan sebagai bahan penting dalam membuat nata. Nata de durio adalah produk nata terbaik dari segi ketebalan, rendeman, dan uji organoleptik, sedangkan kulit ubi kayu tidak dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan nata.
Air kelapa ( Cocos nucifera) memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, sehingga memenuhi syarat utnuk dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan Nata de Coco. Secara umum dalam pembuatan nata menggunakan gula pasir sebagai sumber karbon. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan gula merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektifitas gula merah sebagai bahan pengganti urea dalam pembuatan Nata de Coco. Metode dalam penelitian ini dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda pada larutan Tauge yaitu 10%, 15 % dan 20% dengan penambahan gula merah sebanyak 15%. Uji yang digunakan adalah uji ketebalan, rendemen, kadar air dan kadar selulosa. Hasil terbaik yang diperoleh pada nata de coco adalah untuk perlakuan KGT2 (15%) dengan ketebalan 0,67 cm, rendemen 12,09% kadar air 97,17% dan kadar selulosa 2,83%. Berdasarkan hasil yang diperoleh gula merah efektif digunakan sebagai bahan pengganti gula pasir dalam pembuatan Nata de Coco.
This study aims to determine how much protein content in Nata made from jackfruit (Artocarpus heterophyllus). The method in this study was carried out by taking 1 gram sample of jackfruit nata that had been weighed, then adding 1 tablespoon of selenium mixture reagent, adding 20 ml of sulfuric acid and then letting it sit for one day. Then it is heated in a fume hood using a hot plate until it changes color from black to a clear color. Let stand for one day then distilled for 4 minutes and then added with distilled water, 0.1% phenolphthalein, sodium. After that, 20 ml of boric acid was added, then distilled, added sodium hydroxide, then titrated, then added 0.1 N Hcl solution to the titration device, then added 3 drops of Conway's solution, then titrated until the color changed to clear. The result is that the protein content in 1 gram of Nata is 0.69%, so that Nata from Jackfruit is suitable for consumption as an alternative food.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.