Dari tahun ke tahun jumlah usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia semakin meningkat, peningkatan ini dibarengi dengan semakin meningkatkan kesadaran berwirausaha di Indonesai. Mulai dari orang-orang muda hinga pensiunan mulai menekuni pekerjaan menjadi pengusaha UMKM. Peningkatan jumlah usaha kecil mikro dan menengah di Indonesia ini, membawa dampak positif bagi kondisi perekonomian di Indonesia, diantaranya membuka peluang kerja bagi masyarakat di sekitar lokasi UMKM, dengan begitu melalui UMKM masyarkata mampu menggerakan roda perekonomian keluarga hingga berdampak bagi penompang perekonomian Indonesia. Meningkatnya jumlah UMKM tentu saja membawa dampak persaingan bisnis semakin ketat, masing sarana komunikasi pemasaran yang tepat menjadi tantangan tersendiri sehingga komunikasi pemasaran yang dilakukan UMKM effektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaif yang dilakukan untuk mengetahui penaruh dari Marketing Communication Objective dan Communication Channel terhadap Marketing Communication Effectiveness. Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku usaha mikro kecil dan menengah di Surabaya, dengan mengambil sampel pelaku UMKM dibidang kuliner di Surabaya sebanyak 136 responden UMKM di Surabaya yang diambil melalui teknik purposive sampling yang diolah menggunakan teknik regresi berganda dengan aplikasi SPSS. Temuan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif antara Marketing Communication Objective terhadap Marketing Communication Effectiveness begitu juga terdapat pengaruh positif antara Communication Channel terhadap Marketing Communication Effectiveness.
Citra dapat ditentukan dengan kualitas, promosi dan interaksi dengan klien. Dalam hal ini, guru adalah salah satu yang memiliki peran dalam citra sekolah. Yayasan Pendidikan XYZ yang mengelola 140 sekolah mengalami kesulitan dalam menerapkan kebijakan strategi promosi seringkali berbeda-beda untuk masing-masing sekolah-sekolah dibawah manajemennya. Hal ini tentu saja memerlukan strategi yang berbeda-beda pula. Selain itu keberadaan sekolah di beberapa daerah dengan karakteristik yang bermacam-macam juga menjadi permasalahan bagi pengurus XYZ untuk membuat kebijakan yang dapat digunakan untuk penyelesaian masalah promosi dan membina hubungan jangka panjang dengan stakeholder. Dengan demikian, pelatihan akan peningkatan dan mempertahankan citra menjadi sebuah kebutuhan. Tim Abdimas akan membantu Yayasan Pendidikan XYZ dengan melakukan survey permasalahan sebagai langkah pertama untuk mempertajam arah pelatihan. Selanjutnya, pelatihan fokus pada peningkatan citra sekolah dengan topik personal branding, promosi, dan customer relationship management (CRM). Dari hasil kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa sekolah yang berada dibawah Yayasan Pendidikan XYZ memiliki masalah-masalah utama yang dihadapi yaitu penurunan jumlah siswa dan kurang efektifnya pemanfaatan media sosial. Hal ini dikarenakan keterbatasan SDM dan kemampuan pengelolaan dan pemanfaatan media sosial sebagai salah satu sarana promosi yang efektif untuk pengenalan sekolah.
Pandemi COVID-19 membawa dampak buruk pada anak, terutama anak sekolah yang mengalami kecemasan karena rencana sekolah kembali setelah sekian lama menjalani penutupan sekolah. Rencana pemerintah untuk kembali membuka sekolah secara tatap muka pun dirasa belum sepenuhnya siap. Hal ini terlihat dari rendahnya angka anak memakai masker dan mengikuti protokol kesehatan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan mengedukasi siswa terkait protokol kesehatan dan implementasi relaksasi otot progresif untuk menurunkan kecemasan sebagai pendukung kesiapan program kembali sekolah. Metode yang digunakan yaitu edukasi penggunaan masker dan prosedur cuci tangan serta implementasi relaksasi sebanyak tiga kali seminggu dengan durasi 30 menit tiap sesi relaksasi pada 21 siswa SDN Tangkilsari 1 Pandeglang Banten. Pengukuran kecemasan menggunakan instrumen HARS. Hasilnya menunjukkan bahwa 100% siswa mampu memperagakan penggunaan masker dan cuci tangan 6 langkah dengan benar. Hasil juga menunjukkan terjadi penurunan nadi dan skala kecemasan secara signifikan setelah penerapan relaksasi otot progresif (p=0,001). Penurunan nadi setelah relaksasi penurunan nadi 8,81±8,171. Kecemasan anak yang sebelumnya ada pada tingkat kecemasan sedang menjadi kecemasan ringan pada post test pertama dan kedua, serta pengukuran post test ketiga rerata tidak ada kecemasan pada siswa. Pengabdian masyarakat berupa edukasi protokol kesehatan dan implementasi PMR ternyata terbukti meningkatkan kesiapan siswa untuk kembali sekolah. Abstrack Children have been negatively affected by the COVID-19 pandemic, particularly student who are anxious as a result of school closures. The government's plan to restart face-to-face classrooms is still in the works. The low number of student who follow health routines exemplifies this point. As a supporter of the preparedness for the return to school program, this community service activity aims to educate student about health protocols and the use of progressive muscle relaxation to decrease anxiety. The approach employed included teaching on the usage of masks and hand washing procedures, as well as the application of relaxation three times a week for 21 students from SDN Tangkilsari 1 Pandeglang Banten, with each relaxation session 30 minutes. Anxiety is measured with the HARS instrument. The results showed that all students were able to demonstrate proper mask wearing and hand washing procedures. After using progressive muscle relaxation, the pulse and anxiety scales both decreased significantly (p = 0.001). Pulse 8.81±8.171 was reduced after relaxation. Children's anxiety that was previously at a moderate level of anxiety became mild anxiety in the first and second post-tests, as well as in the third post-test measurement of the average level of anxiety in students. Community service in the form of education on health protocols and the implementation of PMR was proven to increase students' readiness to return to school.
Objective Structured Clinical Examination (OSCE) merupakan metode untuk menguji kompetensi klinik secara objektif dan terstruktur dalam bentuk putaran/station dengan waktu tertentu. Artikel ini berupaya memberikan gambaran dan penjelasan terkait program pelatihan OSCE standar nasional secara komprehensif terhadap pengetahuan dosen. Penulisan artikel ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model deskriptif-analitik. Hasilnya pengetahuan dan wawasan dosen meningkat dalam hal metode penilaian ujian keterampilan klinik dengan pendekatan OSCE. Hal ini dibuktikan dengan nilai pre-test dan post-test yang menunjukkan pengetahuan dosen terkait OSCE rata-ratanya mengalami rerata kenaikan pengetahuan setelah melakukan pelatihan OSCE sebesar 35,29%. Selain itu, dosen juga dapat mengaplikasikan dan merancang model ujian keterampilan klinik dengan OSCE di laboratorium keperawatan, sehingga dapat mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi Exit-Exam. Mahasiswa keperawatan yang terlibat dalam pelatihan OSCE ini juga mendapatkan manfaat berupa pengalaman nyata dalam melakukan ujian keterampilan klinik secara komprehensif. Artikel ini juga berkontribusi bagi institusi pendidikan keperawatan untuk menerapkan metode OSCE dalam ujian keterampilan klinik sebagai upaya meningkatkan kesiapan mahasiswa dalam program Exit-Exam.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.