Pengembangan potensi wisata yang ada di Kepulauan Karimunjawa terkendala oleh keterbatasan infrastruktur dan cuaca ekstrem yang terjadi. Pada saat cuaca ekstrem, kapal-kapal kecil tidak bisa berlayar untuk menuju Karimunjawa. Hanya kapal berukuran besar seperti kapal milik PELNI yang masih bisa berlayar pada saat cuaca ekstrem, tetapi tidak bisa sandar di dermaga hanya bisa lego jangkar. Adanya cuaca ekstrem menyebabkan pasokan sembako ke Karimunjawa juga terhambat karena tidak ada kapal yang berani berlayar ke Karimunjawa. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka Pemerintah membangun Pelabuhan Legon Bajak agar kapal-kapal berukuran besar bisa sandar di Karimunjawa. Namun, sejak pengembangan pelabuhan selesai, Pelabuhan Legon Bajak ini belum dimanfaatkan optimal oleh penyedia jasa maupun masyarakat. Belum ada kegiatan nyata kunjungan kapal dan bongkar/muat barang maupun naik turun penumpang. Untuk itu perlu dilakukan kajian mendalam untuk mengetahui kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (oppurtunities) dan ancaman (threat) atau analisis SWOT sebagai rumusan kebijakan strategis transportasi laut untuk mendukung pengembangan pariwisata di Karimun Jawa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penggabungan dua metode atau mixed method. Hasil analisis dengan pendekatan SWOT, dihasilkan bahwa posisi transportasi laut di Karimunjawa berada di kuadran I yaitu menggunakan strategi agresif (pengembangan). Peneliti merekomendasikan 3 alternatif kebijakan strategi yang dihasilkan dalam analisis SWOT transportasi laut yang diprioritaskan untuk dilaksanakan guna mendukung pengembangan pariwisata di Karimunjawa yaitu dari Strategi SO (Strengths – Opportunities).
Pelabuhan Paotere merupakan pelabuhan rakyat yang berperan penting dalam pengiriman kebutuhan pokok ke berbagai kepulauan di Sulawesi Selatan. Pelabuhan ini juga menopang arus distribusi berbagai komoditas ke Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua. Pentingnya peran pelayaran rakyat harus didukung oleh faktor keselamatan yang memadai, karena keselamatan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Kajian ini ditujukan untuk menyusun strategi pengembangan keselamatan pelayaran rakyat di Pelabuhan Paotere. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif. Teknis analisis data menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa kondisi kapal pelra masih cukup baik, hanya saja teknologi kapal pelra masih sangat sederhana. Pengawasan terhadap docking kapal, ketersediaan SBNP, proses perekrutan SDM kapal pelra serta keberadaan industri galangan kapal pelra sampai saat ini dinilai masih kurang memadai. Posisi relatif kapal pelra berada pada kuadran I, sehingga strategi pengembangan keselamatan kapal pelra dapat dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan peluang yang ada. Peningkatan kapal pelra dapat dilakukan dengan mengawasi proses pembangunan kapal pelra berdasarkan desain yang ada, melakukan pengawasan pada saat pemuatan dan menaati informasi cuaca yang diberikan apakan aman untuk berlayar atau tidak. Permasalahan yang dihadapi pelra yang berkaitan dengan aspek keselamatan diantaranya adalah kurangnya pemahaman mengenai keselamatan oleh pihak kapal serta kurangnya sosialisasi mengenai keselamatan dan aturan yang berlaku. Oleh sebab itu perlu sosialisasi mengenai aturan keselamatan kepada para pemilik kapal, perusahaan pelra dan awak kapal pelra.
Saat ini, masyarakat memiliki tuntutan yang tinggi terhadap kualitas pelayanan. Kondisi sebagianbesar terminal penumpang sebagai pintu gerbang masuk dan keluarnya penumpang di Indonesia,umumnya dinilai kurang memadai. Penumpang menuntut kehandalan kinerja fasilitas dan pelayanan pelabuhan dalam jasa angkutan laut. Kajian ini ditujukan untuk mengetahui faktorfaktoryang mempengaruhi pelayanan terminal penumpang di pelabuhan. Pendekatan deskriptif kuantitatif digunakan dalam kajian ini. Hasil kajian menunjukkan bahwa secara umum kualitas pelayanan terminal penumpang di pelabuhan cukup baik, yang ditunjukkan dengan nilai ratarata persepsi 3,457. Jika nilai persepsi dibandingkan dengan nilai rata-rata harapan pengguna jasa4,416, hal ini berarti masih cukup jauh dari yang diharapkan. Terdapat 2 (dua) faktor pelayanan di terminal penumpang pelabuhan. Faktor pertama adalah faktor kenyamanan, keamanan dan kemudahan dari lokasi pemberhentian menuju terminal penumpang. Faktor kedua adalah faktor kenyamanan dan keamanan dari terminal penumpang menuju pintu masuk kapal. Aspek keselamatan di lokasi pemberhentian dalam area pelabuhan perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan di terminal penumpang di pelabuhan.
Sebagai wilayah kepulauan, Maluku membutuhkan angkutan laut maupun angkutan penyeberangan sebagai sarana pergerakan orang dan barang. Kondisi gelombang laut yang ada di wilayah Maluku sangat bervariatif, bahkan cenderung ekstrem membutuhkan pelayanan kapal yang berukuran besar seperti kapal pelni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konektivitas angkutan laut di wilayah Maluku dan bagaimana upaya peningkatannya. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konektivitas angkutan laut dan penyeberangan di wilayah Maluku sudah cukup bagus. Nilai konektivitas terendah terletak di Kabupaten Buru, Kabupaten Buru Selatan dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Konektivitas wilayah Maluku dapat ditingkatkan melalui pelayanan kapal pelni. Dari ketiga Kabupaten yang memiliki nilai konektivitas rendah, Kabupaten Seram Bagian Barat yang belum dilayani kapal pelni. Pelabuhan Amahai di Maluku Tengah dan Piru di Kabupaten Seram bagian barat memungkinkan untuk disinggahi kapal pelni. Konektivitas wilayah Maluku dapat ditingkatkan dengan menghubungkan wilayah yang rendah nilai konektivitasnya dengan wilayah yang dapat disandari kapal pelni yang dilanjutkan dengan pelayanan kapal-kapal kecil sebagai feeder dari kapal pelni dan kapal perintis, sehingga wilayah Maluku bisa terlayani dengan tetap dan teratur.
ABSTRAKPenerapan prosedur ISPS Code bertujuan untuk menjamin keadaan yang aman di pelabuhan. Pengamanan dilakukan dengan meminimalkan gangguan atau melakukan pemeriksaan secara intens bagi para pengunjung, calon penumpang dan personil kapal serta barang-barang yang masuk pelabuhan. Tujuan penelitian adalah menilai kualitas pelaksanaan ISPS Code di Pelabuhan Benoa. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah Importance -Performance Analysis dengan tujuan mencari aspek-aspek dan komponen-komponen yang memiliki nilai kesenjangan signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan sarana dan prasarana di Pelabuhan Benoa sudah cukup bagus. Hanya ada satu aspek yang dinilai kurang memadai, yaitu ketersediaan kapal patroli untuk pemantauan keamanan di perairan pelabuhan. Pelaksanaan prosedur pengamanan sesuai dengan ISPS Code sudah berjalan dengan cukup baik di Pelabuhan Benoa. Namun, pelaksanaan patroli keamanan di perairan belum berjalan dengan optimal karena kurangnya kapal patroli. Hasil perhitungan CSI untuk pelaksanaan ISPS Code di Pelabuhan Benoa sebesar 72,50% (cause for concern), yang artinya pelaksanaan ISPS Code di Pelabuhan Benoa sudah cukup bagus, tetapi tetap harus ditingkatkan. ABSTRACTThe implementation of the ISPS Code procedure aims to ensure safe conditions in the harbor. Security is done by minimizing distractions or carrying out an intense examination to the visitors, passengers and ship personnel and and also checks on goods entering the port. The purpose of the study was to assess the quality of the ISPS Code implementation at Benoa Harbour. This study used a descriptive quantitative approach. Importance -Performance Analysis is used to find the aspects and components that have significant value gap. The results showed that the level of availability of facilities and infrastructure at the Port of Benoa is good enough. The availability of patrol boats for security monitoring in the waters of the port is still considered inadequate. Implementation of the ISPS Code has been running quite well at Benoa Harbour. However, the implementation of a security patrol in waters does not run optimally due to the lack of patrol boats. CSI results for the implementation of the ISPS Code in Benoa Harbour at 72.50% (cause for concern), which means that the implementation of the ISPS Code in Benoa Harbour is pretty good, but still need to be improved.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.