Akasia mangium (Acacia mangium Willd) bukan tumbuhan asli Kalimantan namun sejak puluhan tahun tumbuh berkembang pesat di berbagai wilayah Kalimantan termasuk Kalimantan Timur. Dikenal sebagai tumbuhan yang mampu tumbuh di lahan kritis sehingga pada awal tahun 1990-an dijadikan tanaman reboisasi sekaligus pengendali alang-alang di wilayah kritis hutan penelitian dan pendidikan Universitas Mulawarman di Bukit Soeharto. Mengherankan, bahwa beberapa tahun taerkhir sebagian praktisi kehutanan dan reklamasi pascatambang merasa gamang menggunakan A. mangium, khawatir jika jenis tersebut akan benar benar menjadi spesies invasif. Gejala untuk menolak bahkan menghindari A. mangium sebagai komoditas kehutanan terutama sebagai jenis pengendali lahan kritis mulai meluas. Untuk mengetahui seberapa benar anggapan Acacia mangium sebagai jenis invasif maka dilakukan evaluasi dengan melakukan analisis vegetasi terhadap 3 ha tegakan hutan A. mangium yang ditanam di Bukit Soeharto sebagai uji petik yang saat sekarang telah berumur sekitar 25 tahun. Hasil evaluasi membuktikan bahwa jumlah tanaman per ha (kerapatan) pohon A. mangium menurun (kurang dari jumlah saat ditanam atau sekitar 800 individu/ha). Jumlah yang menurun itupun cenderung mengelompok. Sebagian pohon bahkan ditemukan dalam kondisi mati generasi (standing dead trees). Sementara itu jumlah spesies pohon setempat (local trees species) juga mulai muncul di antara tegakan A.mangium. Dengan demikian terbukti bahwa A. mngium bukanlah tipe invasif yang sesungguhnya dan tidak ada alasan utuk menolak penggunaannya sebagai tanaman pengendali lahan kritis selama potensi ancaman terjadinya kebakaran lahan hutan dapat dicegah.
Abstract. Toma T, Warsudi, Osone Y, Sutedjo, Sato T, Sukartiningsih. 2017. Sixteen years changes in tree density and aboveground biomass of a logged and burned dipterocarp forest in East Kalimantan, Indonesia. Biodiversitas 18: 1159-1167. Changes in tree density and aboveground biomass (AGB) of a logged and burned lowland dipterocarp forest were monitored in Bukit Soeharto Research and Education Forest (BSREF) of Mulawarman University, East Kalimantan, Indonesia. A 9-ha plot was established in 1997 to investigate the effect of second felling and the subsequent recovery. Experimental felling was conducted in October 1997, and the plot was burned by uncontrolled fires between February and April 1998. Stem diameter of living trees (diameter at breast height ≥ 10 cm) in the plot was recorded annually. Allometric functions and the annual tree inventory were used to estimate changes in AGB. Tree density in the 9-ha plot was 429 trees ha −1 before the experimental felling.This decreased to 76 trees ha −1 in 2000 because of the felling and fires. Tree density increased to 515 trees ha −1 until 2008 and then decreased to 408 trees ha −1 in 2014. AGB of the 9-ha plot was 279 Mg ha −1 in 1997,which decreased to 96 Mg ha −1 in 2000 and then increased to 139 Mg ha −1 in 2014. After 16 years of the 1998 fires, in 2014, BSREF consists of a mosaic of forest stands that are dominated by either large late successional tree species or small pioneer trees. The former stands consisted of numerous late successional tree species that survived the felling and fires. The latter stands were dominated by a few pioneer species. In 2016, 16 years after the fire, these pioneer dominating stands are now undergoing a transitional stage from pioneer to late successional trees that grow longer and larger than the pioneer trees. Logged and burned forest stands may recover their AGB comparable to that of the original forest (≥400 Mg ha −1 ), if these stands are saved from further logging and fires in the longterm.
Proses pembelajaran yang baik untuk memungkinkan tujuan utama pembelajaran akan tercapai dengan baik. Keberhasilan proses belajar mengajar dilihat dari kemampuan menyelesaikan masalah - masalah yang diberikan serta siswa merasa nyaman dengan pembelajaran yang berlangsung. Metode yang tepat menjadikan peserta didik merasa tertarik dengan apa yang dipelajari. Dalam hal ini untuk melihat hasil belajar siswa, guru juga harus memiliki kemampuan untuk membuat soal atau tes ujian semester, hal ini dilakukan untuk mengevaluasi bagaimana hasil belajar yang dicapai siswa. Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan menggunakan desain penelitian model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 025 Harapan Jaya. Subjek penelitian ini adalah guru, jumlah guru sebanyak 7 orang. Dua siklus yang memperlihatkan hasil kemampuan atau pemahaman guru semakin meningkat. Siklus I presentasi yang diperoleh 30%, sedangkan pada siklus II presentasi yang diperoleh 70%. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam membuat dan memahami kaidah-kaidah butir soal ujian semester sesuai dengan mata pelajaran yang diampu nya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.