Lahan sawah memiliki fungsi strategis, merupakan penyedia bahan pangan utama bagi penduduk Indonesia. Lahan sawah di Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas lahan irigasi, tadah hujan, pasang surut dan lebak. Pemanfaatannya dengan penanaman padi menempatkan posisi Sumatera Selatan sebagai penyumbang produksi keenam terhadap produksi padi nasional. Kajian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis regresi sederhana dan regresi berganda. Analisis regresi sederhana dilaksanakan antara peubah luas lahan dan peubah luas panen padi, masing-masing dengan produksi padi. Analisis regresi ganda dilaksanakan antara peubah luas lahan dan luas panen dengan produksi padi. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa Banyuasin merupakan kabupaten yang memiliki total areal lahan sawah terluas yaitu 202.682ha, dan OKU Timur merupakan kabupaten yang memiliki areal tanam padi terluas yaitu 179.307ha, serta merupakan penghasil produksi padi terbanyak yaitu 1,162.123ton. Luas lahan sawah (X1) dan luas tanam (X2) sangat berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi (Y) di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan dengan tingkat korelasi sebesar 94% (tinggi).
Penelitian ini tentang dampak pembangunan kebun raya sriwijaya terhadap masyarakat Desa Bakung. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskripftif kualitatif. Sampel penelitian adalah masyarakat desa bakung yang berada di dekat kawasan pembangunan kebun raya sriwijaya yang berjumlah 40 orang. Hasil penelitian menunjukkan satus kependudukan dari 40 sampel sebesar 55% merupakan penduduk lokal desa bakung dan 45% merupakan penduduk pendatang, itu artinya terdapat cukup banyak masyarakat pendatang pada desa bakung. Dalam persepsi penyerapan tenaga kerja lokal dalam proyek pembangunan kebun raya sriwijaya berdasarkan status kependudukan yaitu, penduduk lokal yang menyatakan tidak ada sebesar 65% dan penduduk pendatang sebesar 35%, penduduk lokal yang menyatakan sedikit sebesar 60% dan penduduk pendatang sebesar 40%, penduduk lokal yang menyatakan banyak sebesar 60% dan penduduk pendatang sebesar 40%. Dalam persepsi dampak pembangunan kebun raya sriwijaya penduduk pendatang lebih merasakan manfaat dibandingkan penduduk lokal, dengan kata lain yang merasakan dampak positif pembangunan adalah kebanyakan penduduk pendatang dibandingkan penduduk lokal.
Swampland is one of the agroecosystems that has not been optimally utilized, especially in agriculture. This land is included in sub obtimal land in South Sumatera province. This research aims to determine the feasibility of horticulture cultivation efforts with floating methods on swampland. The location of the research was the swampland in Srimulya Village, Sematang Borang District of Palembang City on inundated season from January to June. This study was conducted by combining interview methods and participatory observation with respondents. The method used in determining economic feasibility was business feasibility analysis using R/C and B/C Ratios. The types of data processed were primary data and secondary data with quantitative type. Based on the results, it can be concluded that floating cultivation system for kale can add family income to swampland. With the total cost of each harvest being Rp 4.390.000,00 , an acceptance of Rp 14.000.000,00 is obtained. The net income earned every harvest is Rp 9.610.000,00. The Revenue / Cost Ratio is 3.19 while Benefit / Cost Ratio is 2.19. It can be concluded that the floating cultivation system is feasible to be implemented on swampland.
Fish is one of the sources of animal protein that many people consume because it is relatively easy to obtain and the price is affordable. Because of the many fish there are, so we need a way to preserve them. One way that has been done is by developing fish processed products. The purpose of developing processed fish products is to process river / freshwater fish into long-lasting processed products, and to find out the types of good packaging for the shelf life of processed fish products. Sampling was carried out in Air Itam Village, PALI Regency, on the SMEs that make stir-fry and non-stir-fry pekasam. The method used is a laboratory test method to determine microbiological tests (Total Plate Figures), and determination of pH. From the test results it can be seen that stir-fried pekasam is not suitable for direct consumption with a shelf life of more than 5 days if stored at room temperature when viewed from the number of bacteria and fungi that have passed the standard food standard, but if it is reprocessed before consumption (sauteed) it may still be feasible because some bacteria and fungi that can't stand the heat will die. Saute Pekasam is not suitable for consumption with a shelf life of more than 5 days if stored at room temperature (because the sample is tested after 5 days of manufacture, the sample is not tested on Day 0 to Day 5, which may still be fit for consumption before day 5 ). In order to produce processed fish products in the form of durable pekasam, the process of making pekasam can be done hygienically so that it can inhibit the growth of bacteria and fungi.
Nanas termasuk buah yang mudah rusak, memiliki umur masa simpan yang pendek yaitu hanya tahan 7 hari pada kondisi suhu kamar (28oC - 30oC). Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan pengolahan pascapanen buah nanas sebagai bentuk diversifikasi nanas, sehingga bisa mempertahankan nilai jual nanas saat terjadi musim buah nanas dan buah nanas melimpah. Salah satu diversifikasi buah nanas yang dapat dilakukan adalah membuat keripik nanas. Pembuatan keripik nanas dilakukan dengan 2 metode yaitu pembuatan keripik dengan nanas yang sebelumnya di freezer terlebih dahulu dan pembuatan keripik dengan nanas segar. Karakteristik buah segar dan keripik nanas dilakukan pengujian di laboratorium, meliputi parameter uji: proksimat (Kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar karbohidrat), asam total, vitamin C, gula reduksi, pH, total padatan terlarut dan % bagian yang dimakan. Uji masa simpan keripik nanas dilakukan terhadap dua perlakuan yaitu perlakuan freezer (melalui pendinginan) dan fresh (tanpa freezer). Setiap perlakuan diujicobakan massa simpan dalam kemasan half aluminium foil (pp-Al foil) dan kemasan full Al-foil. Masing-masing perlakuan dalam setiap kemasan diuji ALT-bakteri dan MPN coliform. Dari hasil Uji Laboratorium ALT bakteri terlihat bahwa untuk keripik nanas fresh dan keripik nanas freezer dengan kemasan full aluminium foil maupun half aluminium foil (pp-al foil) tidak ada perbedaan hasil dimana pertumbuhan bakteri masih 0 (tidak ada bakteri yang tumbuh, hanya ada MPN Coliform akan tetapi masih dibawah standar kelayakan yaitu <2). Hal ini membuktikan bahwa keripik nanas yang dibuat layak untuk dikonsumsi dalam masa penyimpanan 1 bulan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.