Body temperature is defined as one of the vital signs that indicates the health status of a person. Compared with other primates, man has a greater ability to tolerate hot temperatures due to his many sweat glands, and that his skin is covered mostly by fine hair. In our bodies, heat energy is produced by muscles (mostly), sweat glands, fats, bones, connective tissues, and nerves. Heat energy is distributed to the whole body by blood circulation, but the temperatures are not the same in all parts of the body. There is a difference (around 40C) between core and surface body temperatures. The thermoregulator system has to obtain two suitable gradients: 1) between core and surface body temperatures, and 2) between surface and ambient temperatures. The gradient between core and surface body temperatures is the most important one to maintain optimum body function. Understanding from physics the aspect of body temperature and its influence on homeostatis mechanism, gives some valuable contribution to applied clinical sciences. Key words: core temperature, skin temperature, energy. Abstrak: Suhu tubuh didefinisikan sebagai salah satu tanda vital yang menggambarkan status kesehatan seseorang. Dibandingkan dengan primata lainnya, manusia mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk mentolerer suhu tinggi oleh karena banyaknya kelenjar keringat, dan kulitnya hanya ditumbuhi oleh rambut halus. Di dalam tubuh energi panas dihasilkan oleh jaringan aktif terutama dalam otot, kemudian juga dalam alat keringat, lemak, tulang, jaringan ikat, serta saraf. Energi panas yang dihasilkan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah, namun suhu bagian-bagian tubuh tidak merata. Terdapat perbedaan yang cukup besar (sekitar 4°C) antara suhu inti dan suhu permukaan tubuh.6,7 Sistem termo-regulator tubuh harus dapat mencapai dua gradien suhu yang sesuai, yaitu: 1) antara suhu inti dengan suhu per-mukaan, 2) antara suhu permukaan dengan suhu lingkungan. Dari keduanya, gradien suhu inti dengan suhu permukaan adalah yang terpenting untuk kelangsungan fungsi tubuh yang optimal. Pemahaman tentang besaran suhu dan pengaruhnya terhadap mekanisme homeostatis tubuh melalui pendekatan hukum-hukum fisika setidaknya memberi kontribusi yang berarti pada bidang ilmu klinis terapan. Kata kunci: suhu inti, suhu kulit, energi.
Noise induced hearing loss is caused by noise loud in the long period and a noisy work environment. Noisy work environment is a major problem in occupational health in various countries. The relationship between excessive noise exposure and hearing loss has been recognised since ancient times. Early epidemiological studies of noise induced hearing loss explored the damage risk relationship between occupational noise exposure level and the degree of hearing loss. The purpose of this study is to determine effect of engine noise electronics to auditory disfunction. The research methodeology used is an analytical method with a cross sectional approach. Samples were of 20 person taken from workers at the playground timezone and amazone. Data were obtained through questionnaires and examination of hearing function with the audiometri. Data were analyzed by using the Statistical Product and Service Solutions program (SPSS) and using the Fisher Exact test. Conclusion: The results showed that : There is a 75% hearing loss in all worker. The results of bivariate analysis showed there is no significant association between the hearing loss with the intensity level of noise (p = 0,032). The most common hearing loss is sensorineural deafness which generally occours in both ear. From the result of this study it can be concluded that the workers who work in a place that has the high intensity noise have greater risk of suffening from hearing loss. Keywords: Timezone and Amazone Workers, Noisy, Hearing. Abstrak: Gangguan pendengaran akibat bising ialah gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya disebabkan oleh bising di lingkungan kerja. Bising lingkungan kerja merupakan masalah utama pada kesehatan kerja di berbagai negara. Hubungan antara paparan bising yang berlebihan dan kehilangan pendengaran telah dikenal sejak zaman kuno. Awal studi epidemiologi, gangguan pendengaran yang disebabkan oleh bising mengeksplorasi adanya hubungan atau faktor resiko antara pekerjaan, paparan tingkat kebisingan dan derajat gangguan pendengaran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek bising mesin elektronika terhadap gangguan fungsi pendengaran. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional study. Sampel berjumlah 20 orang yang diambil dari pekerja di tempat bermain timezone dan amazone. Data diperoleh melalui kuisioner dan pemeriksaan fungsi pendengaran dengan menggunakan Audiometri. Data dianalisis dengan menggunakan Statistical Program Product and Service Solution (SPSS) dan menggunakan uji Fisher Exact. Simpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Terdapat gangguan pendengaran sebesar 75 % pada seluruh pekerja. Hasil analisis bivariat menunjukan ada hubungan yang bermakna antara gangguan pendengaran dengan tingkat intensitas bising (p = 0,032). Gangguan pendengaran yang paling banyak diderita oleh pekerja adalah tuli sensorineural (persepsi) yang umumnya terjadi pada kedua telinga. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pekerja yang bekerja pada intensitas bising yang tinggi memiliki resiko lebih besar menderita gangguan pendengaran. Kata Kunci: Pekerja Timezone & Amazone, Bising, Pendengaran
Limited availability of raw water is one of the problems encountered in the provision of water services in Indonesia. The purpose of this study is to determine the difference in the quality of well water within 0-100 meters and within 101-200 meters from the beach by measuring physical parameters, i.e.unclearness. The number of samples in this study were 65 wells owned by residents in the Village of Madidir Ure and from those wells there are 25 with a distance of 0-100 meters and 40 with a distance of 101-200 meters from the beach.The parameters were observed referring to the Regulation of the Minister of Health of Indonesia Number 479/Menkes/Per/IV/2010 about the Terms and Water Quality Monitoring, including the physical parameters such as unclearness measured by using turbidity. Data collection methods used in this study is a cross sectional and the laboratory analysis was done in “Badan Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL)” Manado. The results, show water quality from the well within distance of 0-100 meters exceeds a set of maximum levels of more than 5 NTU, while the result of the water quality within 101-200 meters does not exceed the maximum of 5 NTU. Conclusion: there is a difference in the quality of water in the Village of Madidir Bitung City Ure taken from the well within a distance of 0-100 meters and the well within 101-200 meters from the beach. Keywords: Water Quality, Well, Parameter physics Abstrak: Terbatasnya ketersediaan air baku adalah salah satu masalah yang dihadapi dalam penyediaan layanan air bersih di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kualitas air sumur yang berjarak 0-100 meter dan 101-200 meter dari tepi pantai dengan parameter ukur fisika. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 sumur milik penduduk di Kelurahan Madidir Ure dan keseluruhan sumur tersebut ada 25 sumur dengan jarak 0-100 meter dan 40 sumur dengan jarak 101-200 meter dari tepi pantai. Adapun parameter yang diamati mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 479/Menkes/ Per/IV/2010 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang meliputi parameter fisika seperti kekeruhan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross sectional atau potong lintang dan dianalisis di laboratorium Badan Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Manado. Hasil penelitian menunjukkan kualitas air dengan jarak 0-100 meter melebihi kadar maksimum yang ditetapkan yaitu lebih dari 5 NTU (Nephlometer Turbidity Unit), sedangkan kualitas air dengan jarak 101-200 meter hasilnya tidak melebihi kadar maksimum yang telah ditetapkan yaitu kurang dari 5 NTU (Nephlometer Turbidity Unit). Simpulan: terdapat perbedaan kualitas air sumur di Kelurahan Madidir Ure Kota Bitung yang diukur dari jarak 0-100 meter dan 101-200 meter dari tepi pantai. Kata kunci: Kualitas air, Sumur, Parameter fisika
Abstrac: Noise is unwanted sound such as noise that comes from. Noise at high intensity that long exposes to people can cause interference both on auditory and also on non-auditory functions. The purpose of this study is to determine the effect of noise diesel electric welding machine to the auditory function, both subjective and objective.This research is an analytic survey with a cross-sectional design. The Population samples are from 30 people that wasobtained through questionnaire. Then performedin the examinationofauditory function using audiometer in Prof. dr.R. DKandou General Hospital Manado. Previous measurement of noise levels welding workshop conducted by measuring the Sound Level Meter. Data were analyzed using the Statistical Product and Service Solution Program (SPSS) and using Fisher's Exact test.The results show that workers with exposure noise > 90 dB, a total of 27 workers with a percentage (90%) have hearing loss and 3 workers with the percentage (10%) do not hearing loss. Analytical results obtained by Fisher’s Exact show that there is a significant relationship between the effect of noise on hearing function (p = 0,002). Conclusion: Based on these results it can be concluded, that there is a significant relationship between the effect of noise on significan hearing function. Key Words: Noise, Hearing Function Abstrak: Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki seperti suara yang bersumber dari bising mesin las disel listrik. Kebisingan pada intensitas tinggi dan dipaparkan dengan jangka waktu yang lama pada orang dapat menimbulkan gangguan fungsi pendengaran dan juga pada fungsi non pendengaran. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kebisingan mesin las disel listrik terhadap fungsi pendengaran, baik subjektif dan objektif.Penelitian ini bersifat survey analitik dengan desain potong lintang.Populasi sebanyak 30 orang yang di peroleh melalui kuesioner.Kemudian dilakukan fungsi pendengaran di RSUP. Prof. dr. R. D. Kandou Manado yaitu pemeriksaan audiometer. Sebelumnya pengukuran tingkat kebisingan bengkel las dilakukan dengan pengukuran Sound Level Meter. Data dianalisis dengan menggunakan Statistical Program Product and Service Solution (SPSS) dan menggunakan uji Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 27 pekerja mengalami paparan kebisingan 90 dB, dengan presentrase (90%) mengalami gangguan pendengaran dan 3 pekerja (10%) tidak mengalami gangguan pendengaran. Hasil analisis Fisher Exact menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh kebisingan terhadap fungsi pendengaran (p = 0,002). Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengaruh kebisingan terhadap fungsi pendengaran. Kata Kunci : Kebisingan, Fungsi Pendengaran
Refractive errors (ametropia) is caused by abnormality of the axial length or abnormality of refractive power of the eye. In children, refractive errors could cause blindness dure to lack of family attention. This study was aimed to obtain the general view of refractive errors among children. This was a literature review study using data of Google Search, ClinicalKey, and Google Scholar. Data were selected based on inclusion and exclusion criteria. There were 10 literatures selected, consisting of 2 case control studies and 8 cross-sectional studies. The results showed that refractive errors in children -myopia, hypermetropia, and astigmatism- were increasing not only in Indonesia. Refractive errors in children were classified according to sex and age with different disorders. Each child was examined by using gold standar. In conclusion, refractive errors in children were myopia, hypermetropia, and astigmatism. There was no significant difference between male and female. In children, studies of various age groups ranging from elementary to high school. This disorder could also occur based on the children’s activities, therefore, family attention was really needed.Keywords: refractive errors, children Abstrak: Kelainan refraksi (ametropia) dapat diakibatkan adanya kelainan axial length atau daya refraksi mata. Pada anak, gangguan refraksi menjadi salah satu penyebab kebutaan terbesar tanpa adanya perhatian dari keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum kelainan refraksi mata pada anak. Jenis penelitian ialah literature review. Pencarian data didapatkan dari Google Search, ClinicalKey dan Google Scholar. Seleksi data berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi, dan didapatkan 10 literatur yang terdiri dari 2 case control dan 8 studi potong lintang. Hasil penelitian mendapatkan bahwa kelainan refraksi pada anak berupa miopia, hipermetropia, dan astigmatisma yang meningkat bukan hanya di Indonesia. Kelainan refraksi pada anak digolongkan berdasarkan jenis kelamin dan usia dengan kelainan yang berbeda-beda. Setiap anak dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan baku emas. Simpulan penelitian ini ialah kelainan refraksi pada anak dapat berupa miopia, hipermetropia, dan astigmatisma. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Penelitian pada anak dilakukan pada berbagai golongan usia mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah. Kelainan refraksi dapat pula terjadi berdasarkan aktivitas yang dilakukan anak sehingga perhatian dari keluarga sangat dibutuhka.Kata kunci: kelainan refraksi, anak
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.