Alumunium adalah logam yang memiliki kekuatan relatif rendah dan lunak. Alumunium juga dikenal memiliki ketahanan korosi yang cukup tinggi terhadap udara, air, oli, beberapa larutan kimia dan sebagai konduktor listik yang cukup baik. Pada umumnya Alumunium dicampur dengan unsur logam lain sehingga membentuk Alumunium paduan diantaranya adalah tembaga, silicon, magnesium. Dengaan penambahan unsure tersebut, Alumunium dapat memilki kekuatan 83-310 Mpa, dan melalui proses perlakuan panas peningkatan kekuatan pada alumunium paduan dapat mencapai lebih dari 700 Mpa. Proses perlakuan panas tersebut dikenal dengan proses pengerasan presipitasi,dimana salah satu langkahnya adalah proses Aging. Proses pengerasan presipitasi ini menyangkut laku-pelarutan, diawali dengan proses pemanasan awal dilanjutkan dengan pencelupan atau pendinginan secara cepat, sering disebut quenching sehingga terjadi larutan padat lewat jenuh. Setalah pencelupan, paduan dipanaskan kembali (aging) sampai temperatur tertentu dimana presipitasi mulai terbentuk setelah selang waktu tertentu. Atom lewat jenuh cenderung berhimpun dalam bidang-bidang kristal tertentu. Pengerasan dislokasi melalui batas yang terdistorsi. Ini sangat sulit, akibatnya logam bertambah keras dan tahan terhadap tegangan deformasi. Dari hasil pengujian terhadap alumunium paduan seri 6069 dengan parameter temperatur, peningkatan kekerasan maksimum terdapat pada temperatur 185 C dengan kekerasan 58 HRE. Untuk peningkatan minimum terdapat pada temperatur 165 C dengan kekerasan 47,6 HRE, dimana kekerasan alumunium dasar sebesar 28 HRE. Sedangkan untuk kekuatan impact, peningkatan maksimum terdapat pada temperatur 175 C dengan kekuatan impact sebesar 97 joule dan peningkatan minimum terdapat pada temperatur 185 C dengan kekuatan impact sebesar 78,67 joule. Dimana kekuatan impact alumunium dasar 66 joule.
Proses penjemuran gabah bertujuan untuk mengeringkan gabah di bawah sinar matahari secara langsung tanpa perantara (terbuka). Pengeringan dengan cara ini menjadi pilihan umumnya petani karena menguntungkan secara ekonomi malaupun memiliki kekurangan terkait dengan penyusutan karena kehilangan selama proses penjemuran. Pada cuaca terik, proses pengeringan padi sampai pada tingkat GKP diperlukan waktu 2 – 3 hari. Penelitian ini ditujukan untuk mengoptimasi proses penjemuran dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu, media alas hamparan gabah (media jemur), tebal hamparan gabah dan frekuensi pembalikan. Penelitian dilakukan melalui sejumlah eksperimen dengan menggunakan desain eksperimen metode Taguchi L9 (33). Dari hasil perhitungan efek mean dan SNR diketahui bahwa frekuensi pembalikan menempati urutan ke-1, diikuti media jemur dan tebal gabah secara berturut-turut, pengaruhnya terhadap penyusutan kadar air, dan untuk mendapatkan proses penjemuran yang optimal, frekuensi pembalikan sebanyak 4 kali, kombinasi terpal talang dan terpal plastik sebagai media jemur, dan tebal gabah adalah 2 cm. Analisis varians mengungkapkan bahwa ke-3 faktor tidak siginifikan pengaruhnya terhadap penyusutan kadar air dengan kontribusi sebesar 77,17%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.