Molecularly Imprinted Polymer (MIP) has a specific cavity in which the conformity of shape, size, and functionalities corresponds with its template molecule and has been widely used in separation processes. Therefore, this study aims to examine the application of MIP for the purification of andrographolide. The MIP was synthesized by precipitation polymerization using methacrylic acid (MAA) and ethylene glycol dimethacrylate (EGDMA) as the functional monomer and cross-linker, andrographolide as a template, and acetonitrile:toluene (3:1) as porogen solvent. The results showed that the binding capacity of Synthesized MIP was 1.2486 mg/g, while the particle size was 295.5 nm with a polydispersity index of 0.064. Furthermore, the imprinting and selectivity factors were 1.148 and 12.37, respectively. The purification process by MIP increased the purity from 55.37 ± 0.69 to 94.94% ± 0.34, while the isolate characterization showed that purified andrographolide had a similar character compared to the standard.

Astaxanthin adalah pigmen karotenoid yang memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan turunan β-karoten lainnya dan vitamin E. Sumber utama astaxanthin alami terdapat dalam mikroalga Haematococcus pluvialis yang dapat ditemukan di berbagai wilayah perairan di Indonesia. Astaxanthin alami dari H. pluvialis dapat diperoleh melalui proses isolasi. Sebagian besar metode isolasi yang telah diteliti menggunakan ekstraksi pelarut yang memiliki efek buruk pada lingkungan dan kesehatan, berbeda dengan ekstraksi superkritis CO2 yang memiliki efek baik pada lingkungan dan kesehatan. Pada penelitian ini, H. pluvialis dikultivasi, diinduksi dengan mengoptimalkan berbagai metode induksi stres, kemudian diisolasi dengan ekstraksi superkritis CO2 yang dimodifikasi menggunakan dry ice CO2 sebagai pelarut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa H. pluvialis menghasilkan astaxanthin pada induksi cahaya matahari dengan panjang gelombang maksimum sesuai dengan produk standar yaitu 474 nm. Pengujian terhadap skema isolasi dan uji kesesuaian sistem menunjukkan bahwa pembentukan cairan superkritis dari dry ice CO2 ditentukan oleh massa, volume, dan suhu. Hasil dari uji pendahuluan kemudian dirancang sebuah ekstraktor dari bahan stainless steel dan hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstraktor masih perlu dikembangkan, adapun isolasi yang dilakukan pada chamber simulasi menunjukkan tidak terjadi pemisahan.

No abstract

Kuersetin adalah senyawa yang memiliki efek antioksidan dan terdapat pada berbagai macam tumbuhan, salah satunya teh hitam. Pada penelitian ini kuersetin pada teh ditetapkan kadarnya dengan cara FTIR ATR ZnSe. Metode FTIR ATR (attenuated total reflectance) merupakan teknik FTIR sederhana dan dapat digunakan pada pengukuran sampel dalam bentuk padat dan cairan. ATR merupakan teknik yang sangat cepat dan hanya memerlukan sampel dalam jumlah yang sedikit. Sampel teh diekstraksi dengan pelarut etanol 96% secara sonikasi dan dihidrolisis menggunakan HCl 1N. Analisis kuantitatif didasarkan pada nilai absorbansi pada bilangan gelombang 1508 cm -1 -1513 cm -1 yang merupakan nilai serapan gugus C=C pada kuersetin. Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan menggunakan metode penambahan standar kuersetin dengan lima variasi konsentrasi, yaitu 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4% dan 0,5% ke dalam 50 mg sampel. Berdasarkan hasil perhitungan kurva kalibrasi diperoleh kadar kuersetin dalam sampel yaitu 0,186%. Kinerja analitis yang dilakukan diantaranya akurasi, presisi dan linearitas. Uji akurasi dilakukan pada konsentrasi teh yaitu 80% (40 mg sampel + 10 mg KBr), 100% (50 mg sampel), 120% (50 mg sampel + 10 mg kuersetin standar), ketiganya memenuhi parameter akurasi yang dipersyaratkan yaitu pada rentang 98% -102%. Presisi dilakukan dengan menghitung RSD yaitu 1,72 memenuhi rentang nilai RSD ≤ 2,5. Uji linearitas dilakukan terhadap standar kuersetin dengan lima variasi konsentrasi, yaitu 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4% dan 0,5% memiliki nilai koefisien korelasi (r) 0,93 dengan rentang konsentrasi 0,1 -0,5%. Analisis kuersetin dengan metode FTIR-ATR ZnSe menunjukkan kinerja analitik yang baik dengan nilai akurasi dan presisi memenuhi standar validasi.

Analysis of natural product remain challenging issues for analytical chemist, since natural products are complicated system of mixture. The most popular methods of choice used for quality control of raw material and finished product are high performance liquid chromatography (HPLC), gas chromatography (GC) and mass spectrometry (MS). The utilization of FTIR-ATR (Fourier Transform Infrared-Attenuated Total Reflectance) method in natural product analysis is still limited. This study attempts to expand the use of FTIR spectroscopy in authenticating Indonesian coffee powder.The coffee samples studied were taken from nine regions in Indonesia, namely Aceh Gayo, Flores, Kintamani, Mandheling, Papua, Sidikalang, Toraja, Kerinci and Lampung.The samples in the form of coffee bean from various regions were powdered . The next step conducted was to determine the spectrum using the FTIR-ATR (Attenuated Total Reflectance) using ZnSe crystal of 8000 resolution. Spectrum samples, then, were analyzed using chemometrics. The utilized chemometric model was the principal component analysis (PCA) and cluster analysis (CA). Based on the chemometric analysis, there are similarities between Aceh Gayo coffee with Toraja coffee, Mandailing coffee, Kintamani coffee and Flores coffee. Sidikalang coffee has a similarity to Flores coffee; Papua coffee has a similarity to Sidikalang coffee; Lampung coffee has a similarity to Sidikalang coffee, while Kerinci coffee has a similarity to Papua coffee.