Teknik modular cukup populer dalam perancangan produk berkelanjutan. Hal ini berkaitan dengan kemudahan untuk melakukan modifikasi atau pengembangan desain secara berkelanjutan. Teknik modular dapat digunakan sebagai alternatif cara untuk memaksimalkan pengolahan perca kulit. Perca kulit yang terdiri dari potongan – potongan kecil sisa hasil produksi produk kulit dapat dirakit menjadi produk baru menggunakan teknik modular. Perca kulit yang masih dalam bentuk abstrak dapat di transformasi menjadi bentuk tertentu dengan tambahan kaitan yang di rancang untuk menghasilkan bentuk akhir yang lebih spesifik. Pemanfaatan perca kulit ini salah satu bentuk pelestarian lingkungan serta peningkatan nilai ekonomi dari sisa produksi produk kulit tersebut. Modular dapat dibuat menjadi berbagai bentuk dan cara penyatuan antar modul. Untuk menambahkan unsur Indonesia maka dilakukan transformasi budaya dimana bentuk akhir modular dapat berupa bentuk yang memiliki unsur rupa ragam hias motif kawung. Motif kawung sendiri merupakan ragam hias klasik yang memiliki makna dalam mengenai kehidupan manusia. Pada tahapan brainstorming ditinjau secara mendalam bentuk dari ragam hias kawung serta unsur – unsur yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya bentuk tersebut dieksplorasi untuk mencari bentuk yang tepat sesuai dengan makna dari ragam hias kawung serta kuncian yang dapat digunakan untuk menyatukan komponen – komponen modular. Dari eksperimen yang dilakukan maka akan didapatkan bentuk atau desain modular dengan bentuk yang memiliki unsur ciri ragam hias kawung
Indonesia is one of the countries that have contributed to the apparel, leather, and textile industry in the international market. Not only that, but Indonesian MSME handicrafts are also one of the commodities that can increase the country's foreign exchange, one of which is the lantung bark craft from Bengkulu. However, the creative industry is constantly facing competition with the entry of cheap products from China that get easy access with the increasing e-commerce technology. Providing value for the Lantung Bengkulu MSME products to compete locally and globally, one of the steps is to apply the Design Thinking Method and take the distinctive character of the stylized Serawai Tribe Weaving in the exploration process. The results of this study have obtained data that 47 Bengkulu women consumers as much as 89.4% like the results of the re-design and exploration of lantung shoes that have been designed. In determining the selling price of MSME Lantung Bengkulu should also set a price range of Rp. 110.000 to Rp. 500.000 because it corresponds to the purchasing power of female consumers in Bengkulu. The results of this study directly contribute to providing product value to the typical Bengkulu Lantung MSMEs. The Design Thinking method has been successfully increasing the value of the Lantung Bengkulu MSME products, this method can be applied to similar research to develop local MSMEs in Indonesia.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.