Latar belakang: Terapi kortikosteroid sistemik jangka lama dan dosis tinggi pada purpura Henoch-Schonlein (PHS) dengan keterlibatan ginjal dapat menimbulkan berbagai efek samping, salah satunya efek dematologik. Kasus: Anak berusia 14 tahun dengan nefritis PHS mengalami erupsi akneiform/EA dan striae distensae/SD akibat pemberian kortikosteroid sistemik jangka panjang terkait pengobatan penyakitnya. Penatalaksanaan dengan doxycycline dan vitamin D3. Terapi topikal berupa perawatan wajah, pemberian kombinasi benzoyl peroxide 5% dan clindamycin 1,2% pada area lesi di wajah dan dada, dan krim pelembap serta krim tretinoin 0,1% untuk lesi striae. Simpulan: Efek samping kortikosteroid sistemik pada kulit seperti EA dan SD merupakan masalah tersendiri; penghentian obat yang dicurigai merupakan pilihan utama. Background: Long term and high doses of systemic corticosteroid therapy for Henoch-Schonlein Purpura (HSP) with kidney’s involvement can cause various side effects, one of which is dermatologic. Case: A 14-year-old boy with HSP nephritis developed acneiform eruption (AE) and striae distensae (SD) due to long-term administration of systemic corticosteroids for treatment of his disease. The management is with systemic doxycycline and vitamin D3. Topical therapy with a combination of facial care and combination of topical 5% benzoyl peroxide and 1.2% clindamycin twice a day for face and chest lesion, and moisturizing cream and 0.1% tretinoin cream for striae lesions. Conclusion: Side effects of systemic corticosteroids on the skin such as AE and SD should be managed properly; discontinuation of the suspected drug is the main option.
Latar Belakang: Kecacingan, khususnya infeksi Soil Transmitted Helminths (STH), menjadi masalah kesehatan yang mendunia. Tingginya angka kecacingan pada anak-anak disebabkan karena berbagai faktor, khususnya faktor demografis. Kecacingan dapat menyebabkan gangguan intake, pencernaan, absorpsi, dan metabolisme. Salah satu dampak kecacingan adalah Anemia Defisiensi Besi (ADB). ADB lebih lanjut dapat mengakibatkan gangguan pada tumbuh kembang anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kejadian kecacingan dengan anemia defisiensi besi pada anak-anak pengrajin gerabah di Lombok Barat, khususnya di SMPN 2 Kediri. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dengan melakukan pengisian kuesioner oleh siswa. Subjek penelitian adalah 50 siswa kelas 7 dan 8 SMPN 2 Kediri, Lombok Barat. Analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-Square menggunakan SPSS 23,0. Hasil: Siswa yang positif terinfeksi cacing sebanyak 17 orang (34%). Spesies cacing yang siswa SMPN 2 Kediri adalah Trichuris trichiura yaitu sebanyak 10 siswa (58,82%), diikuti Enterobius vermicularis, Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, dan campuran antara Trichuris trichiura dan Ascaris lumbricoides. Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan ialah kebiasaan memakai alas kaki dengan P value <0,05 serta menggigit kuku dengan P value <0,05 Siswa yang menderita ADB sebanyak 4 orang (8%), seluruhnya positif terinfeksi cacing. Kejadian kecacingan ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan anemia defisiensi besi dengan P value <0,05. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kejadian kecacingan dengan anemia defisiensi besi di SMPN 2 Kediri, Lombok Barat.
<p>Latar belakang: Terapi kortikosteroid sistemik jangka lama dan dosis tinggi pada purpura Henoch-Schonlein (PHS) dengan keterlibatan ginjal dapat menimbulkan berbagai efek samping, salah satunya efek dematologik. Kasus: Anak berusia 14 tahun dengan nefritis PHS mengalami erupsi<br />akneiform/EA dan striae distensae/SD akibat pemberian kortikosteroid sistemik jangka panjang terkait pengobatan penyakitnya. Penatalaksanaan dengan doxycycline dan vitamin D3. Terapi topikal berupa perawatan wajah, pemberian kombinasi benzoyl peroxide 5% dan clindamycin 1,2%<br />pada area lesi di wajah dan dada, dan krim pelembap serta krim tretinoin 0,1% untuk lesi striae. Simpulan: Efek samping kortikosteroid sistemik pada kulit seperti EA dan SD merupakan masalah tersendiri; penghentian obat yang dicurigai merupakan pilihan utama.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.