Karies awal pada masa kanak-kanak atau ECC adalah suatu bentuk awal dari karies gigi yang disebabkan oleh banyak faktor. Hal ini menjadi sasaran utama dalam menentukan promosi kesehatan masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO), menyusui merupakan faktor penting untuk menurunkan angka kematian bayi dan malnutrisi. Air Susu Ibu (ASI) harus diberikan secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan pemberian ASI disertai Makanan Pendamping ASI (MPASI) hingga usia 2 tahun. Namun pemberian ASI masih merupakan perdebatan dikalangan peneliti, ada beberapa penelitian yang menemukan bahwa pemberian ASI dalam waktu yang panjang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Early Childhood Caries (ECC). Salah satu penelitian di Jepang pada tahun 2011 menemukan hasil yang signifikan bahwa menyusui merupakan salah satu faktor risiko terjadinya ECC (p=0,0002;OR=6,373). Penelitian lainnya di tahun yang sama menunjukkan 20,7 % prevalensi karies memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI selama 18 bulan atau lebih. Penelitian di Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa pemberian ASI dalam jangka waktu yang lama merupakan salah satu faktor risiko terjadinya karies (p<0,0001;OR=1.69). Hasil penelitian yang berlawanan pada tahun 2012, menunjukkan kelompok yang tidak diberi ASI mempunyai risiko 4 kali lebih besar untuk menderita ECC dibandingkan dengan bayi yang masih diberi ASI. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk menelaah berbagai penelitian maupun studi ilmiah tentang pro dan kontra hubungan ASI dan ECC. Data yang diperoleh dikumpulkan dari berbagai jurnal, database dan artikel seperti The Journal of The American Dental Association, PubMed, Medline dan BMC Oral Health.
Dental caries is a most prevalent oral disease in children. There were tendency of diverse children drink consumption including soft drinks that attracts by its taste and flavor and causing dental caries. Earlier study suggested that tea had important element in dental caries inhibition. Hence this study was conducted to evaluate and compare pH of saliva after rinsing with green tea and black tea. Methods for his study was conducted among thirty two healthy school children between 10-12 years old. The subjects who fulfilled inclusion and exclusion criteria were selected and randomly divided into two groups. The first group had rinsing with green tea and the other group with black tea. They were asked to rinse for one minute after sugary soft drink consumption. Then salivary pH were measured using pH meter.. Statistical analysis was done using Mann Whitney test. p < 0.05 was considered statistically significant. Results of this study showed that there was no statistically significant difference among subjects rinsing for one minute with green tea and black tea after sugary soft drink consumption. But green tea showed much better effect in rising salivary pH. As the conclusion that green tea showed a promising greater rising on salivary pH than black tea after sugary soft drink consumption in children.
Basic health research of Indonesia in 2018 showed that early childhood caries affected 93% of children. Early dental caries risk assessment using a dental caries risk simulator could be used to determine the appropriate program to prevent dental caries. This study was aimed to analyze the relationship between risk factors and dental caries status in early childhood. This was an analytical study with a cross sectional design using total sampling method. There were 51 preschool children at Taman Kanak Kanak (kindergaten school) Pelita Takwa, Pondok Betung, South Tangerang as samples. Dental caries was assessed by using the def-t index and dental caries risks were assessed by using the Irene's donut program. Interactive interviews with parents were conducted to determine the risk factors for dental caries among the students. The results showed that the prevalence of dental caries was 84.3% and the mean def-t was 5.35. The chi-square test was carried out to determine the relationship between dental caries status and risk factors. The result was not significant for three questions related to the factors, as follows: the child's tooth surface had white spots, the acidity level of the child's teeth was below pH 6.5, and the mother's age was 36 years old. Albeit, twelve other risk factors were shown to be associated with dental caries status. In conclusion, the prevalence of dental caries in preschool children was still high. Risk factors related to the dental caries status among pre-school children can be used as educational materials targeting pre-school children and their parents.Keywords: caries risk; dental caries; preschool children Abstrak: Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2018 menunjukkan bahwa 93% anak usia dini mengalami karies gigi. Penilaian risiko karies gigi sejak dini menggunakan simulator risiko karies gigi dapat menjadi salah satu cara untuk menentukan program yang tepat dalam mencegah terjadinya karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor risiko dengan status karies gigi pada anak usia dini. Jenis penelitian ialah analitik dengan desain potong lintang menggunakan metode total sampling. Sampel yang diperoleh sebanyak 51 anak usia dini di sekolah Taman Kanak-Kanak Pelita Takwa, Pondok Betung, Tangerang Selatan. Karies gigi dinilai menggunakan indeks def-t dan risiko karies subjek dinilai menggunakan program Irene’s donut. Wawancara interaktif dengan orang tua dilakukan untuk mengetahui faktor risiko terjadinya karies gigi pada pasien tersebut. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi karies gigi sebesar 84,3% dengan rerata def-t 5,35. Uji chi-square terhadap hubungan status karies gigi dengan faktor risiko mendapatkan hasil tidak bermakna pada tiga pertanyaan terkait faktor permukaan gigi anak ada bercak putih, tingkat keasaman kuman gigi anak di bawah pH 6,5, dan usia ibu 36 tahun ke atas. Dua belas faktor risiko lainnya terbukti memiliki hubungan dengan status karies gigi. Simpulan penelitian ini ialah prevalensi karies gigi pada anak prasekolah masih tinggi. Faktor-faktor risiko yang terbukti memiliki hubungan dengan status karies gigi anak dapat dijadikan materi edukasi dengan sasaran anak pra sekolah serta orang tuanya.Kata kunci: risiko karies; karies gigi; anak usia pra sekolah
Dental caries was one of the prevalent disease worldwide. There was four main factors that cause dental caries, namely the host factor, agent, environment, and diet. As the environment factor was saliva. The saliva acidity levels (pH) were very influential on the occurrence of dental caries. One of preventive material was Casein phosphopeptide-amorphous calcium phosphate (CPP-ACP). This study was an experimental clinical study that aims to determine the impact of a treatment on research subjects. The design used in this study was pretest-posttest design.. The participants were 30 children that obtained with purposive sampling. The saliva of the children were collected before and after topical application CPP-ACP. The salivary acidity level was using dental saliva pH indicator. The mean of saliva acidity level before CPP-ACP application is 7.6333 and after CPP-ACP topical application becomes 7.7467. The saliva acidity levels difference test obtained p-value = 0.000 (p <0.5) means that there is a significant difference in pH level between before and after CPP-ACP topical application. This conclusion conclude that there was an increase in the level of salivary acidity before and after topical application of CPP-ACP.
Pada masa pandemi Covid-19 kegiatan promosi kesehatan sedikit terhambat karena ada aturan menjaga jarak sosial atau social distancing guna memutus mata rantai penularan virus SARS-Cov 2. Hal ini mengakibatkan kegiatan promosi kesehatan tidak dapat berjalan dengan tatap muka. Pemberian edukasi secara jarak jauh menggunakan media daring merupakan solusi terbaik agar program promosi kesehatan terutama terkait gigi dan mulut dapat tetap terlaksana. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan kegiatan edukasi pada kelompok lanjut usia menggunakan media daring Zoom cloud meeting yang dilakukan oleh FKG Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama) bekerja sama dengan Forum Komunikasi Lanjut Usia Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan pada tanggal 3 November 2020. Kegiatan ini diikuti oleh anggota Forum Komunikasi Lanjut Usia Sudinkes Jak-Sel, anggota Muslimat Nahdlatul Ulama serta masyarakat umum yang seluruhnya berjumlah 82 peserta dimana sebagian besar adalah wanita (95%). Peserta diberikan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut lansia meliputi : (1) Kondisi fisiologis rongga mulut lansia, (2) Penyakit gigi dan mulut yang sering dialami lansia, (3) Cara menjaga kesehatan gigi dan mulut sehari-hari untuk lansia. Pada akhir sesi, diadakan tanya jawab seputar materi yang disampaikan. Pada akhir kegiatan dilakukan umpan balik sebagai evaluasi kegiatan menggunakan google form. Hasilnya untuk cara penyajian 68% peserta menilai sangat baik dan 20% peserta menilai baik. Sedangkan untuk materi yang disampaikan 78% peserta menilai sangat baik dan 21% peserta menilai baik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.