AbstrakSejak dipopulerkan oleh F. Stuart Chapin Jr pada tahun 1957, konsep tata guna lahan perkotaan sudah menyinggung unsur-unsur terkait geologi. Meningkatnya jumlah penduduk dunia yang tinggal di perkotaan pun menjadikan geologi makin dibutuhkan untuk memastikan kota yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana geologi telah dimanfaatkan untuk tata guna lahan perkotaan. Artikel ilmiah yang relevan dalam jurnal dan prosiding terindeks Scopus (1950Scopus ( -2019 dianalisis dengan metode tinjauan pustaka sistematis (SLR). Parameter yang dianalisis meliputi aspek jumlah terbitan, pilihan jurnal, ketokohan penulis, asal negara dan institusi penulis, sub-topik pembahasan, kata kunci dan jumlah kutipan. Hasil analisa selanjutnya dipetakan dengan aplikasi VOSviewer. Total 216 artikel ilmiah yang relevan telah diidentifikasi, dan hasilnya telah mampu menjawab negara dan institusi mana saja di dunia yang intens meneliti aplikasi geologi untuk tata guna lahan perkotaan. Publikasi terkait juga cenderung mengalami peningkatan signifikan pada kurun waktu tahun 2002 hingga 2013. Topik populer penelitian adalah tentang mengukur potensi bahaya dan kerentanan suatu wilayah dari potensi tanah longsor, amblesan (di zona karst), kekeringan, banjir dan gempabumi di Kawasan Perkotaan berbasis metode GIS dan AHP. Kata-kata kunci: Geologi perkotaan, Tinjauan pustaka sistematis, Tata guna lahan, PENDAHULUAN Teori yang pertama kali menjelaskan pola tata guna lahan di perkotaan diungkapkan oleh Ernest Burgess di tahun 1923. Burgess mengungkapkan bahwa sebuah kota berkembang dari satu titik pusat menuju serangkaian zona konsentris [1,2]. Teori ini disempurnakan oleh Homer Hoyt di tahun 1933 serta Harris dan Ullman di tahun 1945 bahwa perkembangan kota tidak semestinya konsentris, tetapi mengikuti sektor-sektor tertentu sehingga terbentuk beberapa titik pusat perkotaan [2]. Meningkatnya fenomena urbanisasi terutama
New oil data is 21st century jargon. This movement has not been widely echoed in Indonesia. Although some initiatives should be recognized and appreciated, the status of the availability of reusable data in most countries, especially in Indonesia is still low. Most of the data published in Indonesian open access journals are in the form of pdf files that cannot be reused. We advise editors of Indonesian scientific journals to consider adopting FAIR data sharing by encouraging authors to share their data as additional files in a machine readables format, e.g. csv or xls. This effort will also contribute to the principles of transparency and sustainable development in Indonesia's research ecosystem.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.