ABSTRAKStudi ini dimaksudkan untuk menginvestigasi karakteristik dan model matematika kurva pengeringan rumput laut Eucheuma cottonii. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk perancangan alat pengering rumput laut yang efisien. Pengeringan E.cottonii dilakukan dengan menggunakan alat pengering laboratorium terkendali yang dilengkapi dengan sistem akuisisi data dengan kecepatan udara 0,5 m/detik. Empat variasi RH yang dilakukan pada suhu 50 °C adalah 30%, 40%, 50% dan 60% serta empat variasi suhu yang dilakukan pada RH 40% adalah 40 °C, 50 °C, 60 °C dan 70 °C. Tiga model pengeringan yang diuji adalah model Newton, Henderson & Pabis dan Page. Simulasi model yang paling tepat ditentukan berdasarkan nilai R 2 yang paling tinggi, serta nilai sum square error (SSE) dan root mean square error RMSE yang paling rendah. Laju pengeringan lapis tipis rumput laut E.cottonii umumnya berada pada periode laju menurun. Hal ini sesuai dengan karakteristik pengeringan bahan-bahan biopolimer yang umumnya berlangsung dengan laju menurun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan RH cukup efektif dalam menurunkan kadar air dibandingkan peningkatan suhu. Pada RH rendah yaitu 30% suhu 50 °C, penurunan kadar air 50% dicapai dalam waktu 80-85 menit jauh lebih cepat dari RH 60% suhu 50 °C yaitu 165-170 menit. Pada suhu tertinggi yaitu 70 °C RH 40% penurunan kadar air 50% dicapai dalam waktu 90 menit selisih 15 menit lebih cepat dibandingkan suhu terendah yaitu 40 °C RH 40%. Kajian ini mendapati model pengeringan E.Cotonii yang paling sesuai adalah model pengeringan Page dengan nilai R 2 , R 2 terkoreksi, SSE and RMSE berturut -turut sebesar 0,98-0,99 ; 0,96-0,98 ; 0,0002-0,0126 dan 0,0002-0,0206. KATA KUNCI : model matematika, pengeringan, rumput laut, Eucheuma cottonii ABSTRACT This study is intended to know the drying characteristics and drying curve mathematical models of Eucheuma cottonii seaweed. The results of this study are expected to be used for the design seaweed efficient dryer. E. cottonii was dried using a laboratory controlled dryer with data acquistion
ABSTRAKPerbaikan sistem distribusi ikan segar perlu terus ditingkatkan sehingga kualitas ikan terjamin, salah satunya ialah penggunaan alat transportasi ikan segar berpendingin (Altis-2). Penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa Altis-2 sangat membantu pedagang ikan segar keliling dalam menjaga mutu ikan dagangannya. Penelitian ini difokuskan pada uji penerimaan Altis-2 oleh pedagang ikan segar di 6 lokasi melalui pendekatan technology acceptance models (TAM). Tujuannya adalah untuk mengetahui faktor yang paling mempengaruhi penerimaan Altis-2. Variabel yang digunakan ialah kemudahan, kegunaan dan penerimaan alat tersebut. Hasil analisa membuktikan bahwa kemudahan pengoperasian Altis-2 menjadi faktor paling berpengaruh pada penerimaan pedagang. Salah satu tahapan operasional penggunaan Altis-2 yang memerlukan perbaikan ialah proses pelepasan rangka dari motor dan ukuran lebar dari Altis-2.KATA KUNCI : alat transportasi ikan berpendingin, technology acceptance models (TAM), pedagang ikan, analisis penerimaan ABSTRACT Improvements of fresh fish distribution system is continuously upgraded so the quality of fish can be assured, one of which is the use of refrigerated fish container (Altis-2). Previous research has proven that
ABSTRAKArea gambut yang ada di wilayah pesisir memiliki peran ekologis yang penting sebagai penyimpan karbon, penyimpan air, konservasi biodiversitas dan aktivitas ekonomi masyarakat. Pengelolaan wilayah gambut dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan faktor sosial, ekonomi dan juga lingkungan fisik. Makalah ini memaparkan usaha pengelolaan wilayah gambut di kawasan hidrologis gambut Sungai Katingan -Sungai Mentaya seluas 254.522 hektar yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Metode kuantitatif-kualitatif melalui teknik GIS dan survey lapangan dilakukan untuk mendapat parameter terkait pengelolaan lahan gambut di lokasi studi. Upaya restorasi yang dilakukan oleh pemerintah ada tiga jenis yaitu melakukan rewetting di areal gambut yang berkanal dan pernah terjadi kebakaran, revegetasi bagi wilayah gambut yang tutupan vegetasinya sudah < 25% dan pembentukan desa-desa peduli gambut yang dilakukan melalui suatu pendekatan sosial pada masyarakat sekitar yang beraktivitas sehari-hari di kawasan gambut tersebut.Kata kunci: Pengelolaan wilayah gambut, restorasi gambut pesisir, pemberdayaan masyarakat, Kalimantan Tengah. ABSTRACTThe existing coastal peatlands area have an important ecological roles as carbon sinks, water storage, biodiversity conservation and economic activities. The management of the peatlands have to be done by considering the balance of social, economic and physical environment. This paper describes the peatland management efforts in the Katingan River -Mentaya River peat with the area of 254,522 hectares in Central Kalimantan Province. Qualitative quantitative methods through GIS techniques and field surveys were conducted to obtain parameters related to peatland management at the study site. The government's have a plan to do a restoration efforts with threetype ofactivities: rewetting in deep-seated peatlands and fires,revegetation for peatlands whose vegetation cover is <25% and the establishment of peatlandcare villages. All that efforts will be conducted through a social approach to the communities which have daily activities in the peatlands area.
Telah dilakukan pembuatan pupuk organik granul dari tepung rumput laut Sargassum sp. dengan menggunakan granulator hasil rancang bangun Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio air dan bahan yang tepat dalam proses pembuatan pupuk granul sehingga menghasilkan rendemen pupuk organik granul tertinggi dan mengetahui kualitas pupuk yang dihasilkan. Metode granulasi yang digunakan yaitu metode granulasi basah (wet granulation). Bahan yang digunakan yaitu tepung rumput laut Sargassum sp., kapur pertanian, dan air. Variasi rasio air dengan bahan (tepung rumput laut Sargassum sp. dan kapur pertanian) yaitu 10:30, 11:30, 12:30, dan 13:30 (ml air/g bahan). Pupuk organik granul dengan rendemen tertinggi yang terpilih kemudian dianalisa kandungan hara makro, C organik, kadar air, kadar hara mikro, dan logam berat. Sebagai pembanding digunakan pupuk organik komersial. Rendemen pupuk organik granul yang sudah diayak menunjukkan nilai tertinggi sebesar 26,43% pada rasio air : bahan sebesar 12:30. Kadar C organik pupuk organik granul terpilih dan pupuk organik granul komersial berturut-turut adalah 15,1% dan 20,2% dengan rasio C/N berturut-turut adalah 18,41% dan 3,10%. Kadar air pupuk organik granul terpilih dan pupuk organik granul komersial berturut-turut adalah 19,47% dan 13,79%. Kadar timbal (Pb) pupuk organik granul terpilih dan pupuk organik granul komersial berturut-turut adalah kurang dari 0,04 ppm, dan 6,20 ppm sedangkan kadar Fe total pupuk organik granul terpilih dan pupuk organik komersial berturut-turut adalah 8.031 ppm dan 5.316 ppm.
Increased food production necessitates technological adoption. Model adoption is a term that refers to the Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT). The model development research seeks to identify critical variables influencing technology adoption. The development objective is to accelerate the adoption of innovative technology. A literature study is used to develop the UTAUT model and identifies significant factors. SALSA was utilized to conduct this literature review (Secondary Appraisal, Synthesis, and Analysis). The analytical technique employed is a meta-analysis, with the findings shown as a forest plot. Three hundred ten journals were collected for this study evaluation, with 11 selected for further examination. Currently, 13 models are being used in selected journals to modify the UTAUT model. Much of the research in Asia is conducted in research sites. In comparison to the modified UTAUT model, the UTAUT model has the most significant association with technology adoption (0.432). On the other hand, that model exhibits a high degree of heterogeneity (81.5%). Behavioral Intention (0.384) is a component of the UTAUT model, with considerable variability seen in the data (70.3%). Agriculture interventions must be directed at boosting the use of technology. A farmer may engage the services of a mediator following the UTAUT paradigm. Three critical factors to examine are Performance Expectancy, Social Influence, and Facilitating Condition Factors.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.