Gerakan oikumene diupayakan agar tercipta kerukunan di dalam tubuh umat Kristen. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan moderasi melalui khotbah dukacita, sebab terdapat potensi perbedaan pandangan konsep eskatologi, yang acapkali dijadikan konten dalam khotbah dukacita. Potensi ini memunculkan urgensi dirumuskannya konsep khotbah dukacita yang bersifat oikumenis. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendalami pengalaman para pengkhotbah dari berbagai denominasi, yang pernah menyampaikan khotbah dukacita, kemudian dicari titik temu konten khotbah dukacita, di mana semua denominasi Kristen dapat menerima konten itu sebagai khotbah penghiburan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur terstruktur dan fenomenologi dengan mewawancarai tiga hamba Tuhan yang pernah melakukan khotbah dukacita, dari denominasi Protestan/Lutheran, Injili, dan Pentakosta. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa khotbah dukacita, sebagai bagian dalam pelayanan pastoral, perlu disiapkan dan dipikirkan sehingga memuat pesan penghiburan dan bersamaan dengan itu, membawa persatuan bagi semua pendengar. Khotbah dukacita yang membawa pengharapan bagi pendengar, hendaknya diisi dengan ayat-ayat yang membangkitkan iman dan membawa mereka tetap berjalan dalam kebenaran. Pesan eskatologis yang mungkin untuk diberitakan adalah tentang keberadaan neraka dan surga, yang di semua kalangan orang Kristen, dan sebagian besar agama di dunia, memercayai hal ini.