Ledakan populasi hama wereng jagungmerupakan fenomena baru di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung. Serangan hama ini telah menyebabkan tanaman jagung menjadi puso (hopperburn) dan menyebabkan gagal panen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh beberapa teknik pengendalian terhadap populasi hama wereng jagung,(2) teknik pengendalian yang efektif dalam menurunkan populasi hama wereng jagung, dan (3) jumlah daun teroviposisi.Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan di Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan, yaitu aplikasi insektisida kimia sintetik klorpirifos + sipermetrin 2 ml/l, aplikasi insektisida kimia sintetik sipermetrin 2 ml/l, aplikasi n insektisida nabati Tithonia diversifolia 3 ml/l, aplikasi cendawan entomopatogen Metarhizium anisopliae 20 g/l, aplikasi pengendalian mekanik perangkap plastik mika bening berperekat ukuran 2,5 m x 0,5 m, dan control dan setiap perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi hama wereng jagung yang telah diaplikasikan satu kali dengan kelima jenis teknik pengendalian nyata lebih rendah dibandingkan dengan kontrol pada pengamatan 2, 3, dan 14 HSA (hari setelah aplikasi).Sedangkan pada aplikasi dua kali, kelima aplikasi teknik pengendalian yang diterapkan berpengaruh nyata terhadap populasi hama wereng jagung pada setiap hari pengamatan. Dari seluruh teknik pengendalian, aplikasi insektisida kimia sintetik klorpirifos + sipermetrin dan insektisida kimia sintetik bahan aktif lambda sihalotrin efektif menurunkan populasi hama wereng jagung. Jumlah daun teroviposisi oleh hama wereng sangat berfluktuasi tergantung pada jenisteknik aplikasi dan waktu pengamatan.