2019
DOI: 10.25077/jantro.v21.n1.p29-37.2019
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Akulturasi Masyarakat Lokal Dan Pendatang Di Papua Barat

Abstract: The culture was always close to the society and it became their habits in daily life. It would either consciously or unconsciously be derived from their next generations. That was why every community would always have their own culture. West Papua was an example of the Eastern part of Indonesia that was resided by various ethnics groups. In this concern, it would extremely lead to the acculturation of their culture in many aspects. This research aimed to describe the forms of acculturations happened in West Pa… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
2
0
4

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
7

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 7 publications
(6 citation statements)
references
References 2 publications
0
2
0
4
Order By: Relevance
“…Warga lokal dan warga pendatang di Papua melakukan perubahan dan mengikutinya. Hal tersebut tidaklah merugikan dan para warga dapat hidup berdampingan dan menjalankan budayanya (Anakota: 2019).…”
Section: Elia Nurindah Sari Samsuriunclassified
“…Warga lokal dan warga pendatang di Papua melakukan perubahan dan mengikutinya. Hal tersebut tidaklah merugikan dan para warga dapat hidup berdampingan dan menjalankan budayanya (Anakota: 2019).…”
Section: Elia Nurindah Sari Samsuriunclassified
“…Sementara, kebudayaan masyarakat lokal yang sudah lama ada akan kesulitan tersendiri menghadapi budaya luar dalam menjaga eksistensi budayanya. Raisa Anakotta (2019), menyebutkan bahwa benturan dan resistensi dengan kebudayaan-kebudayaan luar pada akhirnya memaksa masyarakat lokal di perbatasan untuk tetap mempertahankan eksistensi budayanya yang selaras dengan jati diri kultural masyarakat lokal atau meleburkan diri pada budaya dari luar. Sebaliknya kemampuan masyarakat pendatang yang pada tataran ini beragama Islam untuk beradaptasi dengan mudah dan cepat dengan budaya "tempatan" (lokal), sehingga mudah masuk ke lapisan paling bawah dari kultur masyarakat lokal.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Prinsip dalam gotong royong petani adalah adanya saling mengembalikan tenaga kerja yang diterima dan tenaga yang diberikan antara satu petani dengan petani yang lainnya. Pendapat dari Anakotta et al, (2019) memperjelas fenomena kegiatan gotong royong ini menunjukkan bahwa dalam struktur masyarakat sudah melebur dan lebih bersifat saling menghargai satu sama lain, sehingga kerjasama terlaksana dengan baik dalam mencapai tujuan bersama.…”
Section: B Faktor Internal Petani Respondenunclassified