Pengembangan kawasan peternakan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh kesesuaian lingkungan fisik dan ketersediaan hijauan pakan yang memadai sebagai sumber makanan ternak. Analisis dilakukan dengan metode overlay pada berbagai jenis peta (Peta penggunaan lahan, peta tanah, peta administrasi, peta suhu, kerengan, dan curah hujan) menggunakan GIS pada analisis kesesuaian lahan, data tabular pada analisis ketersediaan hijauan pakan, serta analisis FFA (Force Field Analysis). Luas kesesuaian fisik lingkungan untuk peternakan sapi yang dikandangkan 5.875,794 Ha (83,6%) dari luas wilayah, lahan yang tidak sesuai 19,1 Ha (0,27%), dan tidak dinilai seluas 1.133,212 Ha (16,1%). Sedangkan lahan yang sesuai untuk berbagai hijauan pakan ternak seluas 5.852,83 Ha (83,2%) dari luas wilayah, lahan yang tidak sesuai seluas 34,60 Ha (0,5%), dan tidak dinilai 1.140,74 Ha (16,3%). Daya dukung hijauan di Kecamatan Waru berada pada kriteria aman di 4 desa (Bajur, Sumberwaru, Sana Laok, Tampojung Tengah), 6 desa dengan kriteria rawan, dan 2 desa (Waru Barat, Tagangser Laok) dengan kriteria kritis. Hasil analisis FFA diketahui faktor kunci pendorong adalah memiliki ketersediaan lahan yang luas, serta peningkatan harga sapi, sedangkan faktor penghambat kunci adalah konversi lahan menjadi kawasan terbangun, dan minimnya dukungan infrastruktur dasar. Arahan pengembangan kawasan peternakan sapi di Kecamatan Waru dilakukan dengan mengoptimalkan potensi ketersediaan lahan.