Analisis Daya Saing Usahatani Tembakau Kasturi Di Kabupaten Jember

Abstract

ABSTRAKTembakau adalah salah satu komoditas andalan dari Kabupaten Jember dan memiliki prospek yang baik ditinjau dari pengusahaan dan industri berbahan baku tembakau. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis daya saing tembakau kasturi di Kabupaten Jember; 2) menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap output dan input dalam daya saing usaha tani tembakau kasturi di Kabupaten Jember, dan 3) menganalisis sensitivitas terhadap daya saing tembakau kasturi di Kabupaten Jember.Penentuan daerah sebagai sampel dilakukan secara purposive yaitu Kecamatan Kalisat yang merupakan kecamatan dengan jumlah produksi tembakau kasturi tertinggi di Kabupaten Jember. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis data mengunakan Model Policy Analysis Matrix (PAM) dan analisis sensitivitas.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tembakau kasturi menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki daya saing di pasar domestik maupun internasional. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata PCR dan DRCR yang bernilai kurang dari 1, yaitu masing-masing 0,34 dan 0,30. Kebijakan pada tradable inputs, yaitu subsidi pada pupuk, memberikan proteksi positif bagi petani, tetapi secara makro, dampak kebijakan bersifat disinsentif. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien EPC sebesar 0,90, NT sebesar – 8.406.980 ,PC sebesar 0,84, dan SRP sebesar - 0,104. Hasil simulasi penurunan harga output sebesar 50%, penurunan produktivitas sebesar 5%, dan kenaikan Upah Tenaga Kerja Jember sebesar 20% memperlihatkan perubahan yang nyata terhadap keunggulan kompetitif dan komparatif pada tembakau kasturi. Secara keseluruhan hasil simulasi perubahan tetap menyatakan bahwa tembakau kasturi tetap memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif.Kata Kunci: Daya saing, Tembakau Kasturi, Kebijakan, PAM, Sensitivitas

Analysis of competitiveness of sugarcane farming: A case study in Kampung Beru Village, South Sulawesi

“…Based on the analysis, there was positive protection from the government on sugarcane farming in Kampung Beru Village, evidenced by the positive SRP value. This is supported by the study conducted by Setiawan, Widayanti, and Sudiyarto (2018), which stated that the positive SRP value indicates that government protection can reduce the production costs of sugarcane farming. The SRP value for sugarcane farming is 0.3209, indicating that there was a government policy that reduced production costs by 32.64% for every kilogram of production.…”