2021
DOI: 10.30883/jba.v41i2.621
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Analisis ikonografi ornamen bunga dan binatang pada prabhamandala arca Siwa koleksi Museum Nasional Indonesia

Abstract: Siwa adalah salah satu dewa tertinggi dalam agama Hindu, yang bersama Brahma dan Wisna membentuk kesatuan Trimurti. Pemujaan terhadap Dewa Siwa diwujudkan dalam bentuk lingga dan arca tokoh, yang dilengkapi dengan ornamen dan atribut khas yang mencirikan identitas Siwa. Arca dengan nomor inventaris 29a/3184 di Museum Nasional Indonesia menggambarkan Siwa dengan ornamen bunga dan binatang yang belum pernah digambarkan pada arca Siwa lainnya. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui konsep religi yang berkembang p… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
0
0
5

Year Published

2023
2023
2023
2023

Publication Types

Select...
3

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(5 citation statements)
references
References 8 publications
0
0
0
5
Order By: Relevance
“…Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada rentang waktu cukup jauh antara keterangan Salakanagara di dalam "Pustaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara" dengan temuan arkeologis yang ada, sehingga naskah Wangsakerta sebagai karya sastra kemudian (sumber sekunder) memang tidak didukung dengan bukti arkeologis (sumber primer) yang memadai. b. Patung Arca Ganesha Selain ketiga situs di atas pada tahun 2020 lalu ditemukan tinggalan arkeologis berupa arca Ganesha di Kabupaten Pandeglang, Banten yang diduga berasal dari masa Salakanagara sekitar abad ke-1 M. Pada dasarnya Ganesha adalah dewa yang paling populer setelah Brahma, Wisnu, dan Siwa yang juga bercorak trimurti, karena arca Ganesha sering ditemukan berasosiasi dengan tinggalan arkelogis Siwa mencakup arca Siwa, lingga-yoni, arca Dewi Durga, hingga arca Resi Agastya (Murdihastomo, 2020). Selain itu corak trimurti pada arca Ganesha juga diperkuat dengan adanya ornamen berupa upawita ular, mata tiga, serta candrakapala di mahkota, di mana ketiganya merupakan ornamen yang juga dimiliki oleh dewa Siwa (R. Maulana, 1997;Murdihastomo, 2020;Sedyawati, 1994).…”
Section: Nounclassified
See 1 more Smart Citation
“…Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada rentang waktu cukup jauh antara keterangan Salakanagara di dalam "Pustaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara" dengan temuan arkeologis yang ada, sehingga naskah Wangsakerta sebagai karya sastra kemudian (sumber sekunder) memang tidak didukung dengan bukti arkeologis (sumber primer) yang memadai. b. Patung Arca Ganesha Selain ketiga situs di atas pada tahun 2020 lalu ditemukan tinggalan arkeologis berupa arca Ganesha di Kabupaten Pandeglang, Banten yang diduga berasal dari masa Salakanagara sekitar abad ke-1 M. Pada dasarnya Ganesha adalah dewa yang paling populer setelah Brahma, Wisnu, dan Siwa yang juga bercorak trimurti, karena arca Ganesha sering ditemukan berasosiasi dengan tinggalan arkelogis Siwa mencakup arca Siwa, lingga-yoni, arca Dewi Durga, hingga arca Resi Agastya (Murdihastomo, 2020). Selain itu corak trimurti pada arca Ganesha juga diperkuat dengan adanya ornamen berupa upawita ular, mata tiga, serta candrakapala di mahkota, di mana ketiganya merupakan ornamen yang juga dimiliki oleh dewa Siwa (R. Maulana, 1997;Murdihastomo, 2020;Sedyawati, 1994).…”
Section: Nounclassified
“…b. Patung Arca Ganesha Selain ketiga situs di atas pada tahun 2020 lalu ditemukan tinggalan arkeologis berupa arca Ganesha di Kabupaten Pandeglang, Banten yang diduga berasal dari masa Salakanagara sekitar abad ke-1 M. Pada dasarnya Ganesha adalah dewa yang paling populer setelah Brahma, Wisnu, dan Siwa yang juga bercorak trimurti, karena arca Ganesha sering ditemukan berasosiasi dengan tinggalan arkelogis Siwa mencakup arca Siwa, lingga-yoni, arca Dewi Durga, hingga arca Resi Agastya (Murdihastomo, 2020). Selain itu corak trimurti pada arca Ganesha juga diperkuat dengan adanya ornamen berupa upawita ular, mata tiga, serta candrakapala di mahkota, di mana ketiganya merupakan ornamen yang juga dimiliki oleh dewa Siwa (R. Maulana, 1997;Murdihastomo, 2020;Sedyawati, 1994). Namun, yang menyebabkan kejanggalan, yakni kebudayaan Hindu trimurti sendiri sebenarnya baru berkembang di Nusantara pada abad ke-8 hingga 10 M ditandai dengan lahirnya peradaban Mataram kuno di bawah kepemimpinan Raja Sanjaya (Arrazaq & Rochmat, 2020;Tim Penulisan Sejarah Indonesia, 2010).…”
Section: Nounclassified
“…Pembahasan mengenai dua aspek ini pada dasarnya telah jamak dilakukan oleh para peneliti. Kajian arsitektur candi di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti (R. Soekmono, 1995Soekmono, , 19901979;Lehner, 2017;Williams, 1981;Chihara, 1996;Dumarcay, 2005;1988;Atmadi, 1979;Degroot, 2009;Kastawan, 2009;Herwindo, et al 2018), sedangkan penelitian seni terutama ragam hias pada candi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pula, yaitu (Arum Widyati R., 1995;Murdihastomo, 2021;2018;Bosch, 1960;Dwi Handoko, 2001;Handayani, 2006;Haryono, 1986;1980;Jordaan, 2011;Kempers, 1956;Klokke, 2007;2006;2008;Laksito, 1989;Nyoman Rarianingsih, 1996;Munir, 1997;Pinardi, 1987;Pradnyawan, 2019;Ratnawati, 1989;Renaningtyas, 1993;Rita Istari, 2015;Soekartiningsih, 1983;Sri Pinasti Y., 1986;Suryani, 2000;Vogler, 1949;Harriyadi, 2020;Stutterheim, 1978).…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Cerita tersebut menguraikan mengenai kelahiran, taringnya hanya satu, tujuan pencipataan Ganesha, pemberian nama, dan lain sebagainya (Maulana, 1984;Suantika, 2015;Murdihastomo, 2020). Sebagai contoh nama-nama lain dari Ganesha ada lah Gana pati , Wi nayaka, Sadwinayaka, Mahaganapati, Haridraganapati, Lambodara (berperut bergayut), Gananjaya, Gajendrawardana, dan Wighnakarta (Suantika, 2015).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Kayonan ini dianggap sebagai simbol gunung (Astawa, 2000). Dari Sebagaimana hasil kajian (Cahyono, 2012;Murdihastomo, 2020)…”
Section: Makna Kesuburanunclassified