The National Museum of Indonesia has a unique statue of a god depicted wearing a turban. The museum manager named this statue Shiva Mahadeva based on the third eye’s presence on his forehead. Based on this uniqueness, a more in-depth study carried out by taking the question What is the meaning of the turban-shaped head covering the statue’s depiction? Is there a connection between the depiction and the arts and culture of the community? This study aims to know the meaning implied in depicting the turban and trying to find out the social picture of the statuemaking community. This study conducted using descriptive research methods with contextual analysis. This study indicates that the statue depicted is not a statue of Shiva Mahadeva but a combination of Shiva and Vishnu known as Hariharamurti. The turban’s meaning is similar to the crown carved on the statue, which shows the character’s dignity and majesty. The life of the community’s arts and culture influences the depiction of the Hariharamurti statue, which is synonymous with freedom without leaving religious rules. In general, the arts and cultural aspects of the community that affect the statue are indicated as a community environment closely related to the priest/rishi’s activities. Museum Nasional Indonesia memiliki arca tokoh dewa unik yang digambarkan mengenakan sorban. Pengelola museum memberi nama tokoh tersebut adalah Siwa Mahadewa berdasarkan pada keberadaan mata ketiga yang ada di dahinya. Atas dasar keunikan inilah maka dilakukan kajian lebih mendalam lagi dengan mengambil pertanyaan, apa makna penutup kepala berbentuk sorban dalam penggambaran arca tersebut? adakah keterkaitan penggambaran tersebut dengan kehidupan seni-budaya masyarakat? tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini adalah mengetahui makna yang tersirat dalam penggambaran sorban dan mencoba untuk mengetahui gambaran sosial masyarakat pembuat arca. Untuk mencapai tujuan tersebut maka kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan analisis secara kontekstual. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa arca yang digambarkan bukanlah arca Siwa Mahadewa melainkan gabungan antara Siwa dengan Wisnu yang dikenal sebagai Hariharamurti. Pemaknaan sorban yang dikenakan oleh arca tersebut memiliki kesamaan dengan mahkota yang biasa dipahatkan pada arca yaitu menunjukkan kemuliaan dan keagungan dari tokoh tersebut. Kehidupan senibudaya masyarakat jelas mempengaruhi gaya penggambaran arca Hariharamurti tersebut yang identik dengan kebebasan tanpa meninggalkan aturan agama. Secara umum, aspek seni-budaya masyarakat yang mempengaruhi arca tersebut diindikasikan sebagai lingkungan masyarakat yang erat terkait dengan aktivitas pada pendeta/resi.
Siwa adalah salah satu dewa tertinggi dalam agama Hindu, yang bersama Brahma dan Wisna membentuk kesatuan Trimurti. Pemujaan terhadap Dewa Siwa diwujudkan dalam bentuk lingga dan arca tokoh, yang dilengkapi dengan ornamen dan atribut khas yang mencirikan identitas Siwa. Arca dengan nomor inventaris 29a/3184 di Museum Nasional Indonesia menggambarkan Siwa dengan ornamen bunga dan binatang yang belum pernah digambarkan pada arca Siwa lainnya. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui konsep religi yang berkembang pada masa pembuatan arca Siwa tersebut dengan melakukan analisis ikonografi terhadap penggambaran ornamen tersebut. Melalui pendekatan deskriptif-eksplanatif, diketahui bahwa ornamen padma dan angsa (hamsa) pada arca Siwa tersebut merupakan representasi aktivitas ritus keagamaan aliran Siwa Siddhanta pada sekitar abad XIII-XIV Masehi di Jawa bagian timur.
Sewu Temple, located in Prambanan, is one of the Buddhist temple complex that have lots of uniqueness. One of the uniqueness can be seen on Perwara Temple that have two ornamentations. But, many scholars never make the research about it. Therefore, in this article, I want to describe the background of the two ornamentations on perwara temple. The research is carried out by observation and literature study. From the research, I find out that the two ornamentations on perwara temple in Sewu Temple complex have relation with the religion conception.Keywords: Buddha, Sewu Temple, perwara temple, ornamentation.AbstrakCandi Sewu, yang terletak di daerah Prambanan, merupakan salah satu kompleks percandian agama Buddha yang masih menyimpan banyak keunikan. Salah satu keunikannya adalah dua corak ornamentasi yang terdapat pada candi perwaranya. Keberadaan kedua ornamentasi ini belum pernah dibahas detail oleh peneliti mana pun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis berusaha untuk mengkaji dua corak ornamentasi itu dengan tujuan memberikan gambaran terkait dua corak ornamen tersebut serta mencoba untuk mengetahui latar belakang perbedaan tersebut. Penelitian dilakukan melalui pengamatan langsung dan analisis dengan bantuan studi pustaka. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kedua corak ornamentasi pada candi perwara tersebut terkait dengan konsep keagamaan.Kata kunci: Buddha, Candi Sewu, candi perwara, ornamentasi.
Bekas dermaga Willunga merupakan tinggalan budaya yang penting bagi masyarakat di Australia Selatan mengingat memiliki peran krusial dalam perekonomian daerah. Objek tinggalan budaya tersebut pada saat ini hanya tinggal bekas tiang penyangga dermaga dan perlu untuk dijaga kelestariannya mengingat lokasi dermaga pada saat ini telah menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang dapat memberikan dampak buruk bagi keberlanjutan tinggalan budaya. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dilakukan dalam melindungi objek tersebut adalah dengan melakukan upaya konservasi yang didahului oleh aktivitas pra konservasi yaitu penilaian kondisi objek. Terkait dengan hal tersebut, maka permasalahan yang diangkat pada artikel ini adalah sejauh mana kondisi tinggalan budaya bekas dermaga di Willunga berdasarkan pada penilaian kondisi pra konservasi. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah memberikan gambaran lengkap tentang penanganan tinggalan budaya dan langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan konservasi khususnya aktivitas pra konservasi. Dalam upaya menjawab pertanyaan tersebut dilakukan pengambilan data melalui beberapa alat. Pertama, penggambilan data lingkungan menggunakan datalogger, pengambilan data pelapukan kayu melalui alat pilodyn, dan pengambilan data korosi besi menggunakan pH dan Eh meter. Kedua, data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan bantuan dari data sekunder (pustaka) dan penggunaan diagram dan tabel pourbaix. Hasil yang diperoleh dari kajian tersebut menyimpulkan bahwa kondisi tinggalan budaya di bekas dermaga Willunga mengalami degradasi yang diakibatkan oleh faktor lingkungan. Hasil tersebut kemudian dapat dijadikan acuan dalam melakukan aktivitas konservasi aktif.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.