Pertemuan lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik terjadi di sekitar Pulau Sulawesi dan Maluku. Pertemuan ketiga lempeng ini menyebabkan sering terjadi gempa bumi. Faktor-faktor yang mempengaruhi gempa bumi secara geologis adalah jarak terhadap zona subduksi, gunung berapi, dan sesar aktif. Untuk keperluan mitigasi risiko bencana gempa bumi, perlu dilakukan prediksi risiko terjadinya gempa bumi. Pada penelitian ini menggunakan model inhomogeneous thomas cluster process yang digunakan untuk memprediksi risiko kejadian gempa bumi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah koordinat zona subduksi, sesar aktif, dan gunung api di pulau Sulawesi dan Maluku. Hasil yang diperoleh berdasarkan fungsi K gempa bumi di pulau Sulawesi dan Maluku membentuk cluster. Uji chi-square menyimpulkan kejadian gempa bumi di Pulau Sulawesi dan Maluku bersifat inhomogen (tidak homogen). Berdasarkan model estimasi inhomogeneous thomas cluster process, variabel zona subduksi, sesar aktif, dan gunung berapi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya gempa bumi. Dari ketiga variabel yang mempengaruhi terjadinya gempa terbesar (1,8 kali) adalah variabel letak gunung api. Berdasarkan hasil prediksi, Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Maluku Utara memiliki risiko gempa bumi yang tinggi.