Analisis Proximate Briket Tempurung Kelapa dan Ampas Tebu

Abstract

Fossil fuels are a non-renewable energy source and their existence will be depleted. An alternative is needed that can reduce fossil fuels by using biomass. Biomass waste in the form of bagasse and coconut shell can be used as an alternative fuel in the form of biobriquette. This study aims to analyze the quality value of briquettes from the proximate test of the composition of bagasse and coconut shell produced with briquette quality standards that refer to SNI 01-6235-2000 about wood charcoal briquettes. The variables in this study consisted of five variables. The variables in this study were mass ratio coconut shells to bagasse were 90%: 10%, 80%: 20%, 70%; 30%, 60%: 40% and 50%: 50% respectively. The results of the test of water content, ash content, and volatile matter of the best quality briquettes of five variables were 90% coconut shell and 10% bagasse.

Studi Literatur Karakteristik Briket Dengan Perbedaan Rasio Campuran Arang Tempurung Kelapa Dan Biomassa Lainnya

“…Energi biomassa meliputi limbah kayu, limbah pertanian, perkebunan, dan hasil hutan seperti tempurung kelapa, ampas tebu, bambu, tempurung kelapa, serbuk gergaji, dan sekam kopi. Salah satu hasil olahan limbah biomasa yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah briket, briket merupakan salah satu sumber energi alternatif yang berasal dari bahan organik padat dan mempunyai nilai kalor yang tinggi [2]. Briket merupakan bahan bakar alternatif dalam bentuk tertentu [3].…”

“…Briket mempunyai ciri-ciri fisik seperti mempunyai permukaan yang halus dan seragam, tidak meninggalkan bekas hitam pada tangan pada saat dipegang, mudah terbakar, tidak mengeluarkan asap pada saat dibakar, dan tidak menghasilkan gas beracun. Briket ini memiliki sifat kedap air, dan produk pembakaran tidak menumbuhkan jamur atau mengeluarkan bau selama penyimpanan jangka panjang, dan tidak beracun dan tidak berbahaya [2]. Briket dibuat dengan mencampurkan bahan-bahan dengan nilai karbon tinggi, mengompresnya hingga tekanan tertentu, dan memanaskannya hingga suhu tertentu untuk meminimalkan kadar air.…”

“…Dalam pengolahan limbah tempurung kelapa, dilakukan upaya untuk memanfaatkannya sebagai sumber energi alternatif, misalnya dengan mengolahnya menjadi briket. Bila tempurung kelapa dibakar, kandungan karbonnya meningkat dari 4027,8 kal/g menjadi 7427,6 kal/g [2]. Komponen lain pada buah kelapa sebagai bahan baku campuran pembuatan briket adalah serabut kelapa, serabut kelapa merupakan bagian terbesar dari kelapa, menyumbang sekitar 35% dari berat kelapa [7].…”

Optimizing Utilization of Hazardous Waste and Biomass as Solid Fuel for Co-Firing

“…These three parameters greatly affect the combustion process of a fuel, where the moisture content parameter if too high will slow down the combustion process because the energy produced will focus on removing the moisture content first (Miharja, 2016). Then, the volatile content parameter is needed to predict a fuel's potential flash point and combustion (Setiani et al, 2019). Meanwhile, the ash content parameter produced by the fuel needs to be known to predict the combustion residue, where the fuel should not produce a lot of residues because it can form deposits and scale on the combustion chamber components, thus disrupting the combustion process (Prameswari, 2017).…”

“…From the measurement of proximate analysis, the water content contained in all briquettes has a low value because it is < 17% (SNI 4931: 2010), this low water content will make it easier for briquettes to burn in the combustion process (Miharja, 2016). The volatile matter of the briquettes made has a value that is relatively not much different, which means that all briquettes have flammable material that is relatively not much different, this volatile content is important to know because it can predict the flash point and burnability of a fuel (Setiani et al, 2019). The ash content parameter of the briquettes produced a fairly high value (<20%, SNI 4931:2010 criteria).…”