Peneliti ingin melihat apakah akan terjadi peningkatan kekuatan setelah kayu sengon dan bambu dikombinasikan menjadi papan laminasi. Jenis bambu yang akan digunakan untuk dijadikan bambu laminasi dalam penelitian ini adalah bambu petung (Dendrocalamus asper.Backer). Bambu petung dipilih karena memiliki diameter yang dapat mencapai 20 cm dengan tebal dinding antara 1-3 cm sehingga cocok digunakan menjadi bambu laminasi (Wulandari et.al, 2022). Kayu sengon (Paraserianthes falcataria) memiliki berat jenisnya 0,33 termasuk berat jenis ringan (0,29- 0,56) dengan kelas kuat III-IV (Sari, 2011). Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh jenis papan laminasi kayu sengon dan kombinasi kayu sengon bambu petung, pengaruh berat labur dan interaksi jenis papan laminasi dan berat labur terhadap sifat fisika dan mekanika serta kelas kuat papan laminasi yang dihasilkan. Metode yang digunakan dalam penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial denga 2 faktor dan 4 perlakuan dengan 3 ulangan. Berat labur berpengaruh nyata terhadap kadar air, MoR dan tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan, pengembangang tebal, penyusutan tebal, MoE. Jenis papan laminasi berpengaruh nyata terhadap kerapatan, kadar air, pengembangan tebal, penyusutan tebal. MoE dan tidak berpengaruh nyata terhadap MoR. Interaksi jenis papan laminasi dengan berat labur berpengaruh nyata terhadap kerapatan dan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, pengembangan tebal, penyusutan tebal, MoE, MoR. Berdasarkan nilai sifat fisika dan mekanika maka papan laminasi jenis S1 (kombinasi sengon bambu petung) masuk kelas kuat III yang dapat digunakan untuk keperluan konstruksi-konstruksi berat terlindung dan papan laminasi jenis S2 (sengon) masuk kelas kuat IV dapat digunakan untuk keperluan konstruksi ringan yang terlindung.