Kabupaten Jember di Jawa Timur, wilayah terluas ke-3, memiliki topografi dan kondisi sosial-ekonomi yang beragam. Namun, ketersediaan fasilitas kesehatan tidak memadai dan merata, tidak sesuai dengan standar WHO 1:10.000. Distribusi dan aksesibilitas fasilitas kesehatan sangat penting untuk pelayanan kesehatan berkualitas dan mengurangi disparitas wilayah. Tingkat aksesibilitas fasilitas kesehatan berhubungan dengan angka kematian, semakin tinggi aksesibilitas, semakin rendah angka kematian, karena masyarakat di wilayah sulit dijangkau lebih rentan terhadap kondisi kesehatan yang tidak terdeteksi dengan cepat. Pemanfaatan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) memberikan gambaran yang akurat dan efisien mengenai ketersediaan, distribusi, dan aksesibilitas fasilitas kesehatan di suatu wilayah. Uji akurasi dan ketidakpastian data spasial diperlukan untuk meningkatkan akurasi analisis aksesibilitas. Penelitian ini mengidentifikasi masalah kesehatan dan bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Jember melalui optimalisasi distribusi fasilitas kesehatan. WHO mendorong distribusi fasilitas kesehatan yang merata untuk meminimalisir risiko kesehatan dan memastikan aksesibilitas bagi seluruh masyarakat. Hasil penelitian mengidentifikasi adanya uncertainty data akibat inkonsistensi data dari pemerintah daerah dan pusat. Terdapat kesenjangan luas wilayah administrasi Kabupaten Jember mencapai 7,011 km², dengan selisih rata-rata sekitar 0,92 km² untuk setiap kecamatan, dan RMSE sebesar 2,12. Dalam analisis ditemukan pola persebaran yang acak untuk 12 RSU dengan Z-Score 0.575. Sementara untuk 50 puskesmas, terlihat pola persebaran yang cenderung terdispersi dengan Z-Score 2.405. Hasil analisis menyebutkan terdapat 921,897 km² wilayah yang tidak dapat dijangkau oleh RSU, RSK, maupun puskesmas, menunjukkan daerah tersebut belum tercakup oleh sistem pelayanan kesehatan.