“…angklung; sunda; psikoedukasi; kompetensi psikososial; religiusitas kan fungsi sosialnya melalui penerapan komunikasi multikultur dalam pertunjukan dan mengintegrasikannya dengan budaya kontemporer (Rachmi, 2019). Namun, perkembangan budaya kontemporer juga membawa konsekuensi pada munculnya kebutuhan untuk menjadikan angklung sebagai instrumen musik yang bisa dimainkan oleh semakin sedikit orang (Pradoko & Priyanto, 2016), atau satu orang (Pradoko, Rusdewanti, & Fu'adi, 2018), bahkan sudah dibuat instrumen angklung yang hanya oleh satu orang dapat memainkan melodi, harmoni, dan bas sekaligus yang disebut sebagai angklung garbha swara (Pradoko, Diah, & Silaen, 2017). Transformasi angklung dari instrumen musik kolektif menjadi instrumen musik solo (individual) berdampak pada hilangnya potensi angklung sebagai instrumen musik psikoedukatif, karena potensi tersebut melekat pada unsur kekolektifan dari instrumen angklung tradisional.…”