2013
DOI: 10.1016/j.proche.2013.03.036
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Architecture, Archaeology and Landscape, An Interdisciplinary Educational Experience in Archaeological Sites

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1
1

Citation Types

0
2
0
3

Year Published

2016
2016
2022
2022

Publication Types

Select...
4
2
1

Relationship

1
6

Authors

Journals

citations
Cited by 9 publications
(5 citation statements)
references
References 0 publications
0
2
0
3
Order By: Relevance
“…Studi yang menghubungkan arkeologi dengan bentanglahan memiliki tujuan memperoleh pemahaman dan interpretasi dari peninggalan arkeologis dalam konteks sosial, budaya dan lanskap atau bentanglahan (Carvalho et al 2013). Bergantung pada disiplin ilmu yang melatarinya, terdapat beberapa definisi bentanglahan (Farina 1998), yaitu: i) totalitas entitas fisik, ekologis, dan geografis, yang mengintegrasikan alam dan manusia dengan pola dan proses penyebabnya; ii) karakteristik keseluruhan dari suatu wilayah; iii) konfigurasi tertentu dari topografi, penutup vegetasi, penggunaan lahan, dan pola penyelesaian, yang menghilangkan beberapa koherensi proses dan kegiatan alam dan budaya; dan iv) sebidang tanah yang dianggap komprehensif di sekitar kita tanpa melihat dari dekat satu komponen dan yang tampak.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Studi yang menghubungkan arkeologi dengan bentanglahan memiliki tujuan memperoleh pemahaman dan interpretasi dari peninggalan arkeologis dalam konteks sosial, budaya dan lanskap atau bentanglahan (Carvalho et al 2013). Bergantung pada disiplin ilmu yang melatarinya, terdapat beberapa definisi bentanglahan (Farina 1998), yaitu: i) totalitas entitas fisik, ekologis, dan geografis, yang mengintegrasikan alam dan manusia dengan pola dan proses penyebabnya; ii) karakteristik keseluruhan dari suatu wilayah; iii) konfigurasi tertentu dari topografi, penutup vegetasi, penggunaan lahan, dan pola penyelesaian, yang menghilangkan beberapa koherensi proses dan kegiatan alam dan budaya; dan iv) sebidang tanah yang dianggap komprehensif di sekitar kita tanpa melihat dari dekat satu komponen dan yang tampak.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Durante los cursos académicos 2012/13, 2013/14 y 2014/15 se llevaron a cabo tres ediciones del Programa Intensivo Erasmus (IP), una experiencia docente de corta duración, cuyo objetivo principal reside en fomentar la enseñanza en temas especializados, impulsando el contexto internacional y multidisciplinar y favoreciendo de esta manera una pluralidad de enfoques y contenidos. En este caso, el IP Arquitectura, paisaje y arqueología (Carvalho et al, 2013), obtenido en convocatoria competitiva de la APEE, Organismo Autónomo Programas Educativos Europeos, establecía por primera vez un programa entre las universidades de RomaTre, Porto y Valladolid, coordinadora del programa.…”
Section: Programa Intensivo Erasmusunclassified
“…Within cave environments, laser scanning (combined with GIS data) has been applied to spatial reconstructions and mapping, often in conjunction with conventional spatial survey. [2][3][4][5][6][7][8][9][10][11][12][13][14][15][16][17][18][19][20][29][30][31][32] Three-dimensional data can also be used in the reconstruction of previously worked sites which were excavated before technology such as terrestrial laser scanning existed. In one such case study, Puchol and colleagues 5 virtually recreated an archaeological excavation site using three-dimensional laser scan data and integrating the data with previously recorded archaeological data, to analyse the spatial context from over 60 years earlier.…”
Section: Volume 112 | Number 5/6mentioning
confidence: 99%
“…With respect to early hominin sites, mapping the cave systems with reference to the excavation process is essential to understanding the development and movement of sediments and geological units, and has been advanced by several researchers in Africa and Europe. [2][3][4][5][6][7][8][9][10][11][12][13][14][15][16][17][18][19][20] Because of the breccified nature of the primary fossil deposits of the Cradle of Humankind (Taung, Gladysvale, Sterkfontein, Kromdraai, Swartkrans, Makapansgat and Malapa), conventional archaeological recovery techniques using traditional methods of recording and planning of discrete contexts (production of single-context plans, overlays and sections, e.g. those used by fieldworkers in the UK) have been difficult to apply in South Africa.…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%