“…Hal ini disebabkan karena keadaan kesehatan yang tidak membolehkan lansia untuk bekerja. Akibat kehilangan pekerjaan tersebut sehingga ada Sebagian lansia yang hidup bergantung dengan anak atau keluarganya, dampak dari hal tersebut akan mempengaruhi kondisi kesehatan lansia terutama kualitas hidup pada lansia, sehingga dalam hal ini cenderung lansia banyak yang merasa tidak berharga lagi didalam keluarga, kondisi ini jika dibiarkan bisa berakibat banyak penyakit yang muncul seperti demensia, depresi, penyakit kardiovascular, dan penyakit PTM lainnya, Selain penyakit yang timbul, lansia cenderung mudah merasa cemas, bingung, takut, dan bergantung pada masalah ekonomi (Cahyati & Lestari, 2018) Hasil analisis 10 artikel didapatkan 5 artikel yang mengatakan status pernikahan memiliki hubungan dalam kualitas hidup lansia lansia (Ridwan, 2021;Hajian et al, 2017;Faronbi et al, 2020;Gobbens & van der Ploeg, 2021;Martalena, 2020). Hal ini turut Dijelaskan oleh Anitasari et al, (2021) dalam penelitiannya yang menjelaskan bahwa lansia yang masih mempunyai pasangan hidup mempengaruhi kulitas hidup bagi lansia, Pasangan memiliki fungsi sebagai teman bicara, orang kepercayaan, mengadukan kebahagiaan dan kesedihan, Mendukung dalam berbagai kesempatan seperti perasaan emosi, penyelesaian masalah, finansial, dan pemeliharaan, mekanisme koping lansia yang positif dan support yang positif dari pasangan akan menjadikan kualitas hidup pasangan lansia itu sendiri menjadi lebih baik di bandingkan kualitas hidup lansia yang bercerai, lansia yang tidak menikah mereka cenderung kesepian karena tidak ada yang menyemangati.…”