Barotrauma Telinga Tengah pada Nelayan Penyelam

Abstract

Latar Belakang: Indonesia sebagai negara kepulauan menjadikan sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan termasuk nelayan penyelam. Risiko tinggi yang dimiliki oleh nelayan penyelam harus menjadi perhatian khusus guna mencegah terjadinya barotrauma telinga.
 Metode: Penulisan ini menggunakan metode studi literatur yang relevan terkait kejadian barotrauma telinga tengah pada nelayan penyelam. Mesin pencari yang digunakan antara lain NCBI, ProQuest, dan Google Scholar. Secara keseluruhan digunakan sebanyak 21 artikel yang digunakan sebagai referensi dalam penyusunan artikel ini.
 Isi: Barotrauma telinga tengah merupakan salah satu gangguan pendengaran dengan angka kejadian tinggi yang terjadi saat penyelaman. Barotrauma telinga adalah kerusakan jaringan akibat kegagalan ekualisasi sehingga terjadi ketidakseimbangan antara tekanan udara pada telinga tengah dengan tekanan lingkungan. Terdapat beberapa tanda dan gejala dari barotrauma telinga, diantaranya telinga tersumbat atau terasa penuh, nyeri telinga (otalgia), vertigo, dan gangguan pendengaran. Manajemen barotrauma telinga tengah dilakukan secara konservatif dan tanpa intervensi medis, tetapi apabila didapatkan kasus yang lebih berat dapat dilakukan intervensi yang lebih invasif seperti miringotomi.
 Kesimpulan: Barotrauma telinga tengah meimiliki angka kejadian tinggi pada nelayan dan penyelam. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat dilakukan pencegahan. Manajemen barotrauma dapat dilakukan secara konservatif dan invasif sesuai dengan berat ringannya kasus.

Lama, Kedalaman dan Frekuensi Penyelaman terhadap Kejadian Barotrauma Telinga pada Nelayan Penyelam Tradisional

“…Berdasarkan kondisi geografis tersebut, masyarakat Indonesia banyak yang menjadikan laut sebagai sumber daya alam terbesar yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan hidup sehari-hari. Sebagian besar penduduk Indonesia yang berada di pesisir pantai mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan tradisional yang menangkap ikan di laut (Rahmat et al, 2022). Diperkirakan Indonesia memiliki potensi produksi ikan terbesar yaitu sekitar 6.26 juta ton pertahun (Rahman et al, 2022).…”

“…Barotrauma telinga adalah masalah medis kerusakan jaringan yang dihasilkan akibat efek perbedaan tekanan udara antara telinga tengah dengan lingkungan diluar tubuh. Ketidakseimbangan tekanan terjadi ketika seseorang tidak mampu menyetarakan tekanan udara di ruang telinga tengah dengan peningkatan atau penurunan tekanan air yang dapat menyebabkan kerusakan fisik lapisan jaringan pada rongga tertutup, seperti telinga tengah, sinus paranasal, dan paru-paru (Rahmat et al, 2022). Gejala yang sering timbul pada barotrauma telinga meliputi telinga terasa penuh, nyeri, berdengung, pusing, dan penurunan pendengaran (Astari et al, 2021).…”

“…Banyak peneliti sebelumnya juga mengungkapkan hal serupa bahwa penyelam cenderung mengalami barotrauma telinga telinga dengan disertai perforasi membran timpani. Rahmat et al, (2022) dalam penelitiannya mengemukakan hal serupa mengenai keluhan telinga apabila gagal melakukan ekualisasi saat penyelaman. Pada awalnya penyelam akan merasakan ketidaknyamanan di telinga seperti telinga tersumbat atau terasa penuh.…”

“…Penelitian lain yang dilakukan juga mengidentifikasi adanya prevalensi kejadian barotrauma yang cukup tinggi pada nelayan penyelam tanpa SCUBA di Desa Tekonea Raya kabupaten Konawe Kepulauan yaitu sebesar 69,4% (Pinto et al, 2020). Hasil penelitian ini searah dengan yang disampaikan oleh Rahmat et al, (2022) yang menjelaskan bahwa yang mendasari kejadian barotrauma telinga adalah akibat kegagalan dalam melakukan teknik ekualisasi antara telinga tengah dengan lingkungan diluar telinga. Ekualisasi berfungsi untuk menyamakan tekanan udara dirongga timpani dengan tekanan diluar melalui bantuan tuba eustachius.…”

“…Di sisi lain, voume gas di ruang telinga tengah menjadi berkurang sehingga menyebabkan tekanan menjadi relatif negatif. Apabila gagal dilakukan ekualisasi, peningkatan tekanan negatif dapat menyebabkan manifestasi patologis seperti edema mukosa, perdarahan, bahkan hingga perforasi (Rahmat et al, 2022). Meskipun kejadian barotrauma telinga tengah paling banyak dilaporkan akibat kegagalan menyamakan tekanan antara telinga tengah dengan lingkungan luar, namun barotrauma juga terjadi pada telinga bagian luar dan dalam.…”