Latar Belakang: Indonesia sebagai negara kepulauan menjadikan sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan termasuk nelayan penyelam. Risiko tinggi yang dimiliki oleh nelayan penyelam harus menjadi perhatian khusus guna mencegah terjadinya barotrauma telinga. Metode: Penulisan ini menggunakan metode studi literatur yang relevan terkait kejadian barotrauma telinga tengah pada nelayan penyelam. Mesin pencari yang digunakan antara lain NCBI, ProQuest, dan Google Scholar. Secara keseluruhan digunakan sebanyak 21 artikel yang digunakan sebagai referensi dalam penyusunan artikel ini. Isi: Barotrauma telinga tengah merupakan salah satu gangguan pendengaran dengan angka kejadian tinggi yang terjadi saat penyelaman. Barotrauma telinga adalah kerusakan jaringan akibat kegagalan ekualisasi sehingga terjadi ketidakseimbangan antara tekanan udara pada telinga tengah dengan tekanan lingkungan. Terdapat beberapa tanda dan gejala dari barotrauma telinga, diantaranya telinga tersumbat atau terasa penuh, nyeri telinga (otalgia), vertigo, dan gangguan pendengaran. Manajemen barotrauma telinga tengah dilakukan secara konservatif dan tanpa intervensi medis, tetapi apabila didapatkan kasus yang lebih berat dapat dilakukan intervensi yang lebih invasif seperti miringotomi. Kesimpulan: Barotrauma telinga tengah meimiliki angka kejadian tinggi pada nelayan dan penyelam. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat dilakukan pencegahan. Manajemen barotrauma dapat dilakukan secara konservatif dan invasif sesuai dengan berat ringannya kasus.
Achalasia is an esophageal motility disorder which is characterized by relaxation failure of the lower esophageal sphincter and absence of distal esophageal peristalsis. The prevalence rate of achalasia is 10 cases per 100,000 population with dysphagia, regurgitation, chest pain, and weight loss as the main clinical manifestations. Target of treatment for achalasia is a decreased resting pressure in the lower esophageal sphincter and this can be achieved using peroral endoscopic myotomy (POEM). POEM can be performed using two therapeutic approaches: anterior and posterior. Complication that often occurs after POEM is Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). GERD leads to symptoms and/or structural damage that affects the patient’s quality of life. The GERD questionnaire (GERD-Q) is a sensitive and non-invasive screening tool for diagnosing GERD. Based on the result analysis of this research that was conducted to assess the outcome of anterior and posterior POEM with the GERD-Q score parameter, there was no significant difference in scores between the anterior and posterior approaches.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.