Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kultur mikroba pencerna serat terbaik dari cairan rumen kerbau dan mengkaji pengaruh perbedaan lama pemeraman dan persentase penggunaan starter mikroba pencerna serat terseleksi terhadap komponen proksimat sabut kelapa fermentasi. Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap I adalah seleksi mikroba pencerna serat dari cairan rumen kerbau menggunakan substrat yang berbeda. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Peubah yang diamati adalah aktivitas dan aktivitas spesifik enzim endoglukanase, eksoglukanase dan xilanase. Tahap II adalah perlakuan fermentasi sabut kelapa menggunakan kultur terseleksi dengan perbedaan persentase penggunaan inokulum (0, 2,5 dan 5%) dan lama peram (0, 7 dan 14 hari). Percobaan menggunakan RAL faktorial 3x3 dan 4 ulangan. Peubah yang diamati adalah komponen proksimat. Data dianalisis menggunakan analisis ragam, dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian tahap I menunjukkan aktivitas spesifik enzim endoglukanase, eksoglukanase dan xilanase tertinggi(P<0,05) pada penggunaan substrat kulit kacang, berturut-turut sebesar 0,020; 0,022; 0,018unit/ml/menit. Hasil penelitian tahap II menunjukkan kadar serat kasar (SK) terendah(P<0,05) terjadi pada kombinasi perlakuan P1H2, P2H1 dan P2H2, berturut-turut sebesar 51,70; 49;90; 49,91%. Kadar lemak kasar (LK) dan abu tertinggi(P<0,05) secara berturut-turut terjadi pada kombinasi perlakuan P2H2 sebesar 16,03% dan P1H2 sebesar 16,99%. Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan substrat kulit kacang menghasilkan kultur mikroba pencerna serat terbaik dan meningkatkan kualitas sabut kelapa. Peningkatan kualitas terjadi seiring dengan peningkatan penggunaan inokulum dan lama pemeraman. Kualitas sabut kelapa terbaik terjadi pada penggunaan inokulum sebanyak 5% dan pemeraman selama 14 hari ditinjau dari kadar protein kasar (PK) dan SK.