2020
DOI: 10.26499/jentera.v9i1.1803
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Bentuk-Bentuk Satire Ekologis dalam Kumpulan Puisi Suara Anak Keerom: Tinjauan Ekokritik

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2021
2021
2023
2023

Publication Types

Select...
3

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(3 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Mindset dan karakter seseorang dapat mempengaruhi alam. Bahasa yang dimiliki manusia adalah berisi pengalaman dan ungkapan tentang lingkungannya (Mantiri & Handayani, 2020). Aspek ekologi dipergunakan pada kesastaraan dalam karya sastra, perihal tersebut dibahas dengan alasan ekologis diartikan sebagai fenomena makhluk hidup dan fenomena suatu karya sastra dilingkungannya (Amala & Widayati, 2021).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Mindset dan karakter seseorang dapat mempengaruhi alam. Bahasa yang dimiliki manusia adalah berisi pengalaman dan ungkapan tentang lingkungannya (Mantiri & Handayani, 2020). Aspek ekologi dipergunakan pada kesastaraan dalam karya sastra, perihal tersebut dibahas dengan alasan ekologis diartikan sebagai fenomena makhluk hidup dan fenomena suatu karya sastra dilingkungannya (Amala & Widayati, 2021).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Syam dan Aris (Syam & Aris, 2020) menemukan adanya hubungan antara manusia dan alam yang menerapkan tiga model yakni model dominasi, model pelindung, dan model biosentris. Mantiri dan Handayani (Mantiri & Handayani, 2020) meneliti bentukbentuk satire ekologis dalam kumpulan puisi Suara Anak Keerom. Ditemukan bahwa ada tiga bentuk satire ekologis dalam puisi tersebut yakni berbentuk cemooh dan nista, perasaan muak, serta menceritakan kekurangan orang atau kelompok.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Kajian ekokritik dalam karya sastra telah banyak dilakukan, misalnya kajian ekokritik dalam cerpen pernah dilakukan oleh (Trisnawati, 2014), (Igayanti et al, 2019), (Nur"aini & Sukmawan, 2019), (Juanda & Ramly, 2019b), (Juanda, 2018), (Juanda & Ramly, 2019a), (Firmansyah & Turahmat, 2019), (Juanda & Azis, 2018), (Syamil et al, 2020), (Wijanarti, 2019), (Ikhwan, 2020). Ada juga kajian eko kritik dalam cerita rakyat (Lisnasari & Sukmawan, 2016), teater (Martin & O"Malley, 2020) dan puisi (Rawashdeh & Zuraikat, 2018), (Iskarna et al, 2020), (Aris, 2020), (Mantiri & Handayani, 2020), mitos (Lestari et al, 2020), (Herbowo, 2020).…”
Section: Pendahuluanunclassified