AbstrakArtikel ini bertujuan menegaskan kembali eksistensi praktik tarekat dalam masyarakat Islam di pedesaan yang telah menjadi bagian dari kebudayaan. Seiring dengan perkembangan sufism di perkotaan, belakangan ini praktik tarekat di pedesaan dianggap tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, terutama tuntunan masyarakat modern yang rasional dan pragmatis. Kenyataannya pelaksanaan tarekat secara tradisional masih sangat banyak dilakukan masyarakat desa dan masih menjadi bagian dari ritual agama di sana. Studi ini mengambil focus di Kabupaten Aceh Selayan, salah satu kabupaten di mana berkembang tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang sangat pesat di Aceh. Melalui sebuah pengamatan dan wawancara dengan para pengikut tarekat artikel ini menunjukkan bahwa pelaksanaan tarekat di dalam Islam di dalam masyarakat pedesaan di Aceh tidak memiliki perubahan signifikan. Hal ini disebabkan masyarakat desa tidak memiliki factor-faktor penyebab lahirnya masyarakat urban kota seperti stress dan kehilangan pemandu spiritual. Di sisi lain mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri dalam menggali pengetahuan kesufian sehingga menyerahkan sepenuhnya kepada guru. Dalam masyarakat pedesaan pelaksanaan suluk dalam tarekat diposisikan sebagai bagian dari ritual agama dalam menyiapkan bekal menuju hari akir. Kata Kunci: suluk, tarekat naqsyabandiyah, tawajuh, rurar sufism, urban sufism Abstract The purpose of this paper is to confirm the presence of tarekat traditions in Islamic rural communities that have been ingrained in the culture. Along with the growth of Sufism in urban regions, the practice of tarekat in rural areas has recently been deemed incapable of adapting to the circumstances, particularly the needs of a reasonable and pragmatic contemporary society. In reality, traditional tarekat is still very much practiced by the rural population and is part of the religious rituals there. This research focuses on Aceh Selatan District, one of the places in Aceh where the Naqsyabandiyah Khalidiyah congregation has grown quickly. This essay demonstrates, via observation and interviews with tarekat adherents, that the application of the tarekat in Islam in rural areas of Aceh has not changed much. This is due to the absence of variables in the village community that contribute to the formation of urban urban communities, such as stress and the loss of spiritual guidance. On the other side, they lack the capacity to study independently in order to explore Sufi knowledge, therefore they rely solely on the instructor. In rural areas, mysticism in tarekat is positioned as part of religious rites in preparation for the end of the world.Keywords: suluk, tarekat naqsyabandiyah, tawajuh, rurar sufism, urban sufismTRANSLATE with x EnglishArabicHebrewPolishBulgarianHindiPortugueseCatalanHmong DawRomanianChinese SimplifiedHungarianRussianChinese TraditionalIndonesianSlovakCzechItalianSlovenianDanishJapaneseSpanishDutchKlingonSwedishEnglishKoreanThaiEstonianLatvianTurkishFinnishLithuanianUkrainianFrenchMalayUrduGermanMalteseVietnameseGreekNorwegianWelshHaitian CreolePersian // TRANSLATE with COPY THE URL BELOW Back EMBED THE SNIPPET BELOW IN YOUR SITE Enable collaborative features and customize widget: Bing Webmaster PortalBack//