Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu tanaman perkebunan utama yang cukup diandalkan di Indonesia. Luas areal karet di Indonesia sampai tahun 2016 mencapai 3,6 juta hektar. Tanaman karet memiliki umur ekonomis sekitar 25 - 30 tahun, sebelum akhirnya direplanting. Produksi kayu karet yang dihasilkan di akhir masa sadapnya merupakan salah satu biomassa potensial dengan kandungan lignoselulosa yang cukup tinggi. Lignoselulosa merupakan komponen polisakarida yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin yang berpotensi untuk diproses menjadi produk tertentu, seperti bioetanol, biogas, minyak berbasis biomasa (bio-oil), bioarang, hingga pemanfaatan selulosa yang berukuran nano (nanoselulosa) untuk kebutuhan industri elektronik, manufaktur dan otomotif. Lignoselulosa dari biomassa kayu karet antara lain dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan sumber energi (bioetanol), pendukung sarana pertanian (bioarang, biopestisida, pupuk), industri obat dan makanan (vanilin, zat tambahan makanan, bahan kemasan) dan nanoselulosa. Produk berbahan dasar biomassa akan mendukung industri masa depan yang terbarukan, mudah terdegradasi dan lebih ramah lingkungan.