This work examines the philosophical-ethical debate regarding the commodification of religion amidst the duality of views regarding the commodification of faith that are developing, both from a negative and positive perspective. In the process, the author conducted a literature review of works about the commodification of religion from various perspectives, leading them to a philosophical-ethical analysis to obtain valid and reliable information. In the end, the author found two significant views regarding the commodification of religion in ethical philosophical discourse. First, some see the commodification of belief as a negative thing, thus positioning it as a process that has a secular nuance, is synonymous with capitalism, and must be avoided. Instead, it is feared that the commodification of religion will have the impact of dimming and disappearing the spiritual and social power of faith as a determinant of socio-religious action, as happens in traditional societies. However, on the other hand, some groups see it from a positive perspective, placing the commodification of religion as part of the process of adapting religion to modernity, which inevitably must be passed if religion is to survive in today's transmodern era, which is filled with consumerist desires or extraordinary consumerism. Instead, these groups see that consumerism does not significantly influence religious spirituality. Instead, it will expand the reach of religion and all its attributes at the global level.
Abstrak: Tulisan ini mengkaji perdebatan etika filsafat mengenai komodifikasi agama di tengah dualitas pandangan komodifikasi agama yang berkembang, baik dari sudut pandang negatif maupun positif. Dalam prosesnya, penulis melakukan tinjauan pustaka terhadap karya-karya tentang komodifikasi agama dari berbagai sudut pandang, menganalisis etika filsafat untuk memperoleh informasi yang valid dan dapat dipercaya. Penulis menemukan dua pandangan signifikan mengenai komodifikasi agama dalam wacana etika filsafat.Pertama, ada yang memandang bahwa komodifikasi agama sebagai hal yang negatif sehingga memposisikannya sebagai proses yang bernuansa sekuler, identik dengan kapitalisme, dan harus dihindari. Sebaliknya, komodifikasi agama dikhawatirkan akan berdampak meredupkan dan menghilangkan kekuatan spiritual dan sosial agama sebagai penentu tindakan sosial keagamaan, seperti yang terjadi pada masyarakat tradisional. Namun di sisi lain, sebagian kalangan melihatnya dari sudut pandang positif, dengan menempatkan komodifikasi agama sebagai bagian dari proses adaptasi agama terhadap modernitas, yang mau tidak mau harus dilalui jika agama ingin bertahan diera transmodern saat ini yang penuh dengan tuntutan dengan keinginan konsumeris atau konsumerisme yang luar biasa. Sebaliknya, kelompok tersebut menilai konsumerisme tidak berpengaruh signifikan terhadap spiritualitas keagamaan. Sebaliknya, hal ini akan memperluas jangkauan agama dan segala atributnya di tingkat global.
Kata kunci: Komoditas, Spiritualitas, Kapitalisme, Budaya Konsumen, Modernitas