The political shift from the New Order regime to the reform era has basically given the ex-political prisoners (Tapol) wider space to reproduce traumatic memory in a formal form. In the New Order, the ex-Tapols produced their memory only in the family, and in the reform era, they transmitted their memory to the post-memory in a more open way. This article aims to examine the production and reproduction of memory by taking the case of two families of ex Tapols of PKI (Indonesian Communist Party) in South Sulawesi. By using historical methodology and emphasizing the process, this study proves that memory production of political prisoners was expressed through daily records, letters, and sketches. The memory was transmitted to the generation of post-memory through family stories, pictures and daily behavior. Furthermore, the generation of post-memory reproduces and re-translates the memory inheritance amid socio-political changes. This constellation indicates that during the New Order period, the memory of ex-Tapols only became part of domestic memory, then turned into public memory which was articulated openly in the reform era. However, there are different ways for political prisoners to produce and transmit their memory. The background of ex-tapol; education, family life, and activity in the past, has a significant influence on choices in determining the memory transmission model.
ABSTRAKPergeseran politik dari rezim Orde Baru ke era reformasi pada dasarnya telah memberi ruang gerak lebih luas kepada eks tapol untuk mereproduksi memori trauma dalam bentuk formal. Jika era Order Baru produksi memori eks tapol hanya dalam lingkunga keluarga, maka di era reformasi mereka mentransmisikan memori ke post-memori dengan cara lebih terbuka. Artikel ini mencoba untuk melihat produksi dan reproduksi memori dengan mengambil kasus dua keluarga eks tahanan politik (Tapol) PKI di Sulawesi Selatan. Dengan menggunakan metodologi sejarah dan menekankan pada proses, studi ini membuktikan bahwa produksi memori tapol diekspresikan melalui catatan-catatan harian, surat-surat, dan sketsa. Memori tersebut kemudian ditransmisikan ke generasi post-memori melalui cerita-cerita keluarga, gambar dan prilaku seharihari. Selanjutnya, generasi post-memori mereproduksi dan menerjemahkan ulang warisan memori tersebut di tengah perubahan-perubahan sosial politik. Konteks ini mengindikasikan bahwa pada masa Orde Baru, memori eks tapol hanya menjadi bagian dari domestic memory, kemudian berubah menjadi public memory yang diartikulasikan secara terbuka di era reformasi. Akan tetapi, terdapat cara-cara yang berbeda setiap tapol dalam memproduksi dan mentransmisikan memorinya. Latar belakang eks tapol; Pendidikan, kehidupan keluarga, dan aktivitas di masa lalu, memberi pengaruh signifikan terhadap pilihan-pilihan dalam menentukan model transmisi memori.Kata kunci: memori, post-memory, tahanan politik, Sulawesi Selatan.