Competency of Shariah Auditors in Malaysia : Issues and Challenges

Abstract

Over the last decade since the inception of the first Islamic bank in Malaysia in 1983, Malaysia saw an increasing demand for Islamic banking services from consumers. Whilst the need for highly trained and skilled manpower in the Islamic banking industry is well established, the main challenge is really a mismatch of talent pool between what is required by the banks and what is offered by the market. Thus, this paper argues for a competency framework for shariah auditors in Malaysia. Prior research reveals that the competency requirements for shariah auditors were still not developed even though there is a need for it. A more recent empirical study reveals that most shariah auditors are either trained in shariah or auditing discipline. There is indeed an urgent need to draft the competency requirements which will include the knowledge, skills and other characteristics (KSOC) requirements to ensure adequate supply of competent shariah auditors to meet the expanding market demand. This paper proposes a new KSOC model as a basis for competency framework for shariah auditors that can uphold their effective functioning in our Islamic banking system.

Kualitas Layanan Internal Yang Memengaruhi Kepuasan Nasabah Dengan Menggunakan Kualitas Layanan Eksternal Sebagai Variabel Mediasi

“…Selain itu masih terdapatnya ketimpangan antara supply dan demand sumber daya manusianya, dimana pertumbuhan bank syariah yang semakin cepat belum disertai dengan tumbuhnya SDM yang memiliki kompetensi Syariah, sebagaimana yang dijelaskan oleh (Ali, Mohamed, & Shahimi, 2015) pada penelitiannya di Pakistan. Dasar inilah yang melatarbelakangi penelitian ini dengan menggunakan variabel kualitas layanan internal ditinjau dari kajian ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia.…”

Isu Dan Tantangan Kompetensi Dewan Pengawas Syariah Di Indonesia

“…Dilihat dari disiplin perilaku organisasi, kompetensi bersama dengan komitmen termasuk pada kelompok faktor karakteristik individu anggota organisasi. Para ahli perilaku organisasi seperti Kreitner & Kinicki (2003) Ali, et. al (2015) yang mengemukakan terkait isu-isu terkini mengenai kompetensi auditor syariah di Malaysia.…”

“…Di Pakistan, Hussain dan Parker meneliti terkait isu-isu seleksi dan pelatihan penasihat syariah pada lembaga keuangan syariah, mereka menemukan adanya keterbatasan penasihat syariah yang kompeten baik dalam jumlah kualitas dan kuantitas yang dapat bekerja untuk beberapa lembaga keuangan syariah (Ali, et. al, 2015).…”

“…Beruntungnya, di Malaysia telah ada lembaga pelatihan untuk mengembangkan auditor yang kompeten seperti Institute of Banking and Finance Institution (IBFIM), International Centre for Education Islamic Finance (INCEIF) Centre for Research and Training (CERT) dan REDmoney. IBFIM contohnya, telah mengembangkan sertifikasi kualifikasi di lembaga keuangan syariah atau disebut dengan Certified Qualification in Islamic Finance (CQIF) yang terdiri dari tiga level, yaitu level inti, menengah dan level lanjutan (Ali, et. al, 2015).…”

Benarkah Kompetensi Dan Budaya Organisasi Akan Meningkatkan Kinerja Karyawan?

“…Ketiga variabel bebas tersebut berjalan seiringan dengan variabel terikat, artinya makin tinggi kompetensi, pelatihan, dan budaya organisasi maka semakin baik pula kinerja pegawai Bank tersebut. Begitu juga penelitian (Ali, Mohamed, & Shahimi, 2015) mengenai pentingnya kompetensi dalam hal ini ketrampilan dan pengetahuan tentang proses perbankan syariah ketika seorang auditor akan mengaudit bank syariah di Pakistan. Selanjutnya Boyatzis (2009) menegaskan pentingnya kecocokan antara kompetensi karyawan, kebutuhan tugas dan budaya organisasi agar karyawan dapat menghasilkan kinerja yang paling baik.…”