Abstract:This research attempts to explore the resistance of Pesantren against cultural globalization dominated by western society. By using the post-colonial approach, it is found that there is the process of re-reading the meaning of globalization and re-defining of 'self' as the subject of globalization. Pesantren introduced the concept of non material point of view namely al-tarbiyah wa al-ta'lim preserving the local tradition in facing the secular and materialistic values of the West. Interestingly, this concept has emerged as prominent alternative of Islamic position showing the adaptability of Islam toward the globalization. Based on this research, the author thus argues that the violence and mass movements have no longer been used by the pesantren as an indication of modernzing Islamic approach in the globalization era.Abstrak: Resistensi Pesantren terhadap Globalisi Budaya. Penelitian ini mencoba menggali resistensi pesantren terhadap globalisasi budaya yang didominasi oleh masyarakat Barat. Dengan menggunakan pendekatan pasca-kolonial, ditemukan bahwa ada proses membaca ulang makna globalisasi dan mendefinisikan ulang 'diri' sebagai subjek globalisasi. Pesantren memperkenalkan konsep cara pandang non material yaitu al-tarbiyah wa al-ta'lîm yang melestarikan tradisi lokal dalam menghadapi nilai sekuler dan materialistik dari Barat. Menariknya, konsep ini telah muncul sebagai alternatif utama posisi Islam yang menunjukkan adaptasi Islam terhadap globalisasi. Berdasarkan penelitian ini, penulis berpendapat bahwa kekerasan dan gerakan massa sudah tidak lagi digunakan oleh pesantren sebagai indikasi terjadi modernisasi pendekatan Islam pada era globalisasi ini.