“…Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan manajemen konflik Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan strategi manajemen konflik oleh tenaga kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu karakteristik individu terdiri dari 1) jenis kelamin, dimana tenaga kesehatan yang pria lebih memilih strategi yang lebih koperatif dan asertif seperti kolaborasi (Al-hamdan et al, 2015;Dahshan & Keshk, 2014), 2) usia, tenaga kesehatan yang berusia dibawah 40 tahun lebih dominan menggunakan strategi menghindar, sedangkan perawat yang berusia diatas 40 tahun memilih kolaborasi (Al-hamdan et al, 2015;Lahana et al, 2017;Tuncay et al, 2018), 3) kecerdasan emosional yang terdiri dari kemampuan interpersonal, kemampuan intrapersonal, kemampuan adaptasi, kemampuan manajemen stres, dan mood, dimana tenaga kesehatan yang memiliki skor yang tinggi pada kelima subskala kecerdasan emosional cenderung akan menggunakan strategi yang lebih konstruktif yaitu kolaborasi (Basogul & Ozgur, 2016), 4) tingkat pendidikan, menghindar dan bersaing merupakan pilihan perawat yang tingkat pendidikan vokasional, namun perawat yang tingkat pendidikannya lebih tinggi memilih menggunakan strategi yang konstruktif yaitu kolaborasi (Chang et al, 2017;Lahana et al, 2017;Tuncay et al, 2018), 5) personal trait, dimana tenaga kesehatan yang memiliki sifat terbuka dan bertanggung jawab memilih menggunakan integrating sedangkan perawat dengan ketidakstabilan emosional cenderung memilih strategi destruktif yaitu menghindar (Chang et al, 2017;Erdenk & Altuntas, 2017;Tuncay et al, 2018), 6) lama bekerja, perawat yang masa kerjanya lebih lama memilih untuk menggunakan teknik kolaborasi sedangkan perawat yang bekerja di bawah 10 tahun lebih memilih untuk menghindari konflik (Basogul & Ozgur, 2016;Chang et al, 2017;Tuncay et al, 2018). Faktor lain yang turut berperan dalam pemilihan strategi manajemen konflik yaitu faktor pekerjaan yang terdiri dari jabatan atau posisi manajerial, dimana perawat manajer menjadikan kolaborasi sebagai pilihan utama dalam penyelesaian konflik (Chang et al, 2017;Dahshan & Keshk, 2014), sedangkan yang tidak memiliki posisi manajerial akan memilih menghindari konflik (Lahana et al, 2017), pendidikan manajemen konflik juga mempengaruhi seseorang dalam memilih strategi, dimana perawat yang mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait manajemen konflik menggunakan strategi kolaborasi (Chang et al, 2017).…”