COVID-19 pandemic’s impact on online sex advertising and sex trafficking

Abstract

Disruptive social events like the Covid-19 pandemic can have significant impact on the commercial sex industry, yet these effects have been little understood. This paper examines the effect of the pandemic on one part of the commercial sex industry: sex trafficking. Our results from scraped sexual service advertisements show that the pandemic has had measurable impact on online advertising for sex trafficking in the United States, with a significant decrease associated with stay-at-home orders followed by an increase to levels well above prepandemic levels as Covid-related restrictions were relaxed. We contribute to the policy landscape by showing that the initial decrease was associated with a loss of demand for sexual services due to pandemic-related health concerns, but that a confluence of factors, including the lack of economic and social support, increased the number of people vulnerable to being exploited. This study can assist policy makers in predicting future changes in the sex industry to support a more just and inclusive society. In the context of future health crises, natural disasters, and major social disruptions it can guide policy makers in apportioning public aid in a way that does not leave vulnerable populations and existing sex workers powerless to being trafficked.

Kapitalisme, Patriarki dan Globalisasi: Menuju Langgengnya Kekerasan Berbasis Gender Online

“…Pemanfaatan teknologi dalam upaya komodifikasi wanita ini mengalami peningkatan kuantitas pasca penyebarluasan virus COVID-19. Penelitian bertajuk "COVID-19 pandemic's impact on online sex advertising and sex trafficking" oleh Coxen, Castro, Carr, Bredin dan Guikema menjadi pendukung pandangan ini dengan memaparkan bagaimana teknologi telah berkontribusi dalam peningkatan kekerasan terhadap wanita berbasis online selama pandemi-khususnya berkaitan dengan isu sex trafficking advertising-dengan studi kasus Amerika Serikat (Coxen et. al, 2021).…”

“…Tidak hanya berhenti di sini, adanya 'perbudakan' bagi wanita kemudian tidak semata-mata berhenti dengan selesainya masa perbudakan. 'Perbudakan' wanita mengalami transformasi bentuk, seperti dalam kasus sextrafficking yang ditulis oleh Coxen dan juga Cruz (Coxen et. al, 2021;Cruz, 2018: 65).…”

“…Tekanan dan krisis ekonomi yang telah disebabkan oleh pandemi, mendorong banyak orang yang pada dasarnya tanpa intensi, memilih jalan untuk terlibat sebagai bagian dari korban human trafficking. Pandangan ini sejalan dengan bagaimana telah terjadi peningkatan kuantitas human trafficking advertisement di berbagai website di sebagian besar negara (Coxen et. al, 2021).…”

“…Dengan berkaca melalui fenomena di atas, penulis yakin bahwa langgengnya kekerasan berbasis gender online turut didorong oleh eksistensi dan perkembangan sistem dan tatanan yang kapitalis. Ketiga, sebagai akibat dari adanya globalisasi-sebagai salah satu produk liberalisme-kapitalteknologi berkembang dengan pesat yang kemudian menjadi instrumen utama bagi kekerasan gender berbasis online salah satunya kasus human trafficking (Coxen et. al, 2021).…”

“…Poin terakhir-trends human trafficking-telah mengalami peningkatan dalam ISSN ONLINE: 2746-430X pemanfaatan teknologi sebagai instrumen perwujudannya. Di Amerika Serikat, melalui sebuah penelitian, ditemui fakta bahwa pasca kebijakan restriksi diterapkan, terjadi peningkatan kuantitas pada sex trafficking advertisement di setiap kota yang diamati (Coxen et. al, 2021).…”