The existence of scavengers is often ignored by society and the government, with some living in slums, collecting scrap to sell, and even living on the side of the road as homeless people. Inadequate housing and workplaces result in low welfare. The architectural involvement improves the livelihood of scavengers through innovative and empathetic design. This research aims to create a space that can facilitate scavengers in selling the waste they collect, provide a shelter for homeless scavengers around West Jakarta, and develop facilities to recycle plastic waste collected from waste pickers. The research method used is description analysis, including survey method, observation and description, case studies, and literature study. The results obtained are a space for scavengers to sell the waste they collect by setting up a waste bank and a stopover facility for scavengers who do not have a place to live. These facilities' spatial design and circulation arrangements need to be simplified so that scavengers can easily navigate the area. By establishing a safe, convenient, and sustainable stopover, scavengers can have a facility that meets their basic needs and provides safety and comfort while resting. In addition, the waste brought by scavengers can be processed by providing a recycling area for plastic waste to become plastic flakes.
Keywords: homeless people; plastic flakes; recycling; scavangers; shelter
Abstrak
Keberadaan pemulung sering kali diabaikan oleh masyarakat dan pemerintah, sebagian pemulung tinggal di permukiman kumuh, mengumpulkan barang bekas untuk dijual, bahkan tinggal di pinggir jalan sebagai tunawisma. Tempat tinggal dan tempat kerja yang tidak layak mengakibatkan rendahnya kesejahteraan mereka. Keterlibatan arsitektur untuk meningkatkan kelayakan hidup pemulung melalui perancangan yang inovatif dan berempati. Penelitian ini bertujuan menciptakan suatu ruang yang dapat memfasilitasi pemulung dalam menjual sampah yang mereka kumpulkan, menyediakan tempat singgah bagi pemulung tunawisma di sekitar Jakarta Barat, dan mengembangkan fasilitas untuk melakukan daur ulang sampah plastik yang dikumpulkan dari pemulung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis yang mencakup metode survei, pengamatan dan mendeskripsikan, mempelajari studi kasus, dan studi pustaka. Hasil yang diperoleh adalah ruang bagi pemulung untuk menjual sampah yang mereka kumpulkan dengan mendirikan bank sampah dan fasilitas persinggahan bagi pemulung yang tidak memiliki tempat tinggal. Perancangan ruang dan pengaturan sirkulasi pada fasilitas ini perlu disederhanakan agar pemulung dapat dengan mudah menavigasi area tersebut. Dengan membangun tempat persinggahan yang aman, nyaman, dan berkelanjutan, pemulung dapat memperoleh fasilitas yang memenuhi kebutuhan dasar mereka serta memberikan perasaan aman dan nyaman saat beristirahat. Selain itu, sampah yang dibawa oleh pemulung dapat diolah dengan menyediakan area daur ulang sampah plastik sampai menjadi plastic flakes.