Abstrak: Laju pertumbuhan lahan kritis yang pesat di kawasan Daerah Tangkapan Air (DTA) Kaskade Mahakam menyebabkan kerusakan lingkungan dan degradasi lahan. Dalam kurun waktu 2013-2018 luas lahan kritis meningkat hingga 15,54% atau 67.586,53 Ha. Kondisi degradasi lahan terus meningkat seiring kompleksitas pemanfaatan lahan dan ketidaksesuaiannya dengan karakteristik lahan sehingga mengurangi daya dukung lahan. Metode perencanaan dan pengendalian penataan ruang penanganan perlu memperhatikan bentuk perubahan lahan dan tingkat kekritisan lahan. Penelitian ini menawarkan alternatif instrumen yang berbeda dalam penanganan lahan kritis. Secara detail penelitian ini bertujuan merumuskan arahan penanganan lahan kritis di DTA Kaskade Mahakam berdasarkan arahan zonasi lahan kritis. Metode analisis yang digunakan adalah deksriptif-evaluatif yang terbagi dalam dua tahapan. Tahap pertama menentukan zonasi lahan kritis berdasar klasifikasi tingkat kerawanan sesuai kriteria penentuan lahan kritis dengan metode weighted overlay.Tahap selanjutnya adalah merumuskan arahan terhadap penanganan dan penggunaan lahan dengan zoning regulation dengan metode analisis delphi pada para stakeholders kunci.Temuan utama menunjukan terdapat enam klasifikasi zonasi lahan kritis yang terbagi masingmasing tiga di kawasan lindung dan kawasan budidaya. Dari temuan tersebut, kemudian disusun arahan penanganan lahan kritis dengan konsep zoning regulation meliputi fungsi penggunaan lahan (diizinkan, diizinkan terbatas, diizinkan bersyarat, dan dilarang). Arahan zoning regulation menyesuaikan dengan tingkat kekritisan lahan dan fungsi pemanfaatannya serta teknik konservasi dan rehabilitasi, yaitu pendekatan teknis sipil dan pengairan, vegetatif, sumur resapan, dan drainase yang memiliki pengaturan berbeda pada tiap zonasi tingkat kekritisan lahan kritis.