Decisions to Stay or Leave an Abusive Relationship: A Case Study Research of Dating Violence in Salatiga, Indonesia

Abstract

This research aims to explore dating violence phenomena that occur in young adults in Indonesia. A case study approach is used to investigate four participants" decision to stay or leave abusive relationships that they experience. Ethological perspective of attachment theory and transpersonal psychology are used as theoretical underpinnings for this research. Through in-depth interviews, it was found that two participants decided to stay in abusive relationships because of lack of attachment security with parents in the past and misperception of dating concept. Secondly, it was found that spiritual transformation of two other participants was key element that helped them to leave and move on. In conclusion, this research has two implications. Firstly, as prevention for dating violence in youth, children must have secure attachment and relation with their parents as their primary figure of attachments. Secondly, spirituality can play important role in helping individuals to move on from abusive relationships.

Pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Kekerasan dalam Pacaran Pada Mahasiswa di Kota Bandung

“…Berdasarkan data hasil gambaran aspek kekerasan dalam pacaran, korban kekerasan dalam pacaran pada penelitian ini menerima kekerasan dalam kategori tinggi dengan mean jenis kekerasan yang paling banyak diterima adalah kekerasan emosional dan verbal dengan bentuk sifat overprotective dan posesif. Selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hunga, Wijono dan Angini (2020) [14] [15], dimana mereka menemukan bahwa sebagian besar subjek mereka mengalami kekerasan verbal dan emosional. Kemudian, pada penelitian ini menemukan bahwa rata-rata tingkat kekerasan lebih tinggi pada responden laki-laki (M= 216,80), dibandingkan responden perempuan (M= 207,08) yang berarti ketika lakilaki menjadi korban kekerasan dalam pacaran, mereka akan lebih sering menerima kekerasan yang diberikan dari 3 indikator kekerasan dalam pacaran dibanding perempuan, namun hal tersebut tidak terlalu signifikan.…”

Pengaruh Persepsi Mengenai Family Environment dan Self-Esteem terhadap Kekerasan dalam Pacaran

“…Secara keseluruhan, korban kekerasan dalam pacaran pada penelitian ini menerima kekerasan kateogri rendah dengan jenis kekerasan yang paling banyak diterima adalah kekerasan verbal dan emosional dengan bentuk sifat overprotective dan posesif. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijono, Hunga, dan Angin (15), mengatakan bahwa kekerasan dalam pacaran dimulai dari tindakan overprotective dari pelaku seperti meberikana perhatian yang berlebihan pada korban, menemani kemanapun korban pergi, dan melarang korban untuk bergaul dengan lawan jenis yang mana hal ini sering diwajarkan oleh para korban karena dianggap sebagai wujud dari rasa sayang dan cinta. Sesuai dengan pernyataan Direktur Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia Untuk Keadilan, bahwa kekerasan verbal dan emosional merupakan kekerasan dalam pacaran yang paling sering ditemui namun lebih sulit dan jarang untuk dikenali.…”