The "one data" policy driven by the government through the Ministry of Health is believed to be able to innovate and give a new face to health services. Of course, the improvement of health services starts from the smallest and lowest layers, namely Polindes. Starting from this policy and the finding of relatively low public health service problems, the authors see a health service in Polindes, which contributes positively to improving the quality of public health services. The health service is the author's view of the communication perspective through the study of Communication in the Synergy of Public Health Services Polindes (Village Maternity Post) in Tarumajaya Village, Kertasari District, Bandung Regency. The method used in this research is a case study. The results of the study revealed that public health services in Polindes are inseparable from the communication process that exists in the village. The verbal communication process includes positive synergy between the communicator and the communicant. In this case, the communicators are village midwives, village officials, namely the village head and his staff, the sub-district health center, and the active role of the village cadres involved. In contrast, the communicant that was targeted was the community in the village of Tarumajaya. This positive synergy results in a marked increase in public services, namely by providing new facilities in the village, RTK (Birth Waiting Home).
Kebijakan “one data” yang dimotori oleh pemerintah melalui Kementerian kesehatan diyakini mampu membuat inovasi dan memberikan wajah baru terhadap layanan kesehatan. Tentunya, perbaikan layanan kesehatan tersebut dimulai dari lapisan terkecil dan terbawah yakni Polindes. Berawal dari kebijakan tersebut dan masih ditemukannya masalah pelayanan kesehatan publik yang relatif rendah, penulis melihat sebuah layanan kesehatan di Polindes, yang memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kualitas layanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesahatan tersebut penulis lihat dari perpektif komunikasi melaui penelitian Komunikasi dalam Sinergi Pelayanan Kesehatan Publik Polindes (Pos Bersalin Desa) di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung ini dilakukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pelayanan kesehatan publik di Polindes, tidak terlepas dari adanya proses komunikasi yang terjalin di desa tersebut. Proses komunikasi verbal tersebut meliputi sinergitas positif antara pihak komunikator dan komunikan. Dalam hal ini, komunikator tersebut adalah Bidan Desa, Aparat Desa yakni Kepala Desa beserta staffnya, Puskesmas tingkat kecamatan, serta peran aktif dari para kader desa yang terlibat. Sedangkan komunikan yang menjadi target adalah masyarakat di desa Tarumajaya. Sinergitas positif tersebut menghasilkan peningkatan pelayanan publik yang nyata, yaitu dengan adanya penyediaan fasilitas baru di desa, RTK (Rumah Tunggu Kelahiran).