Aktivitas penambangan batubara terutama pada sistem tambang open pit dan open cut kerap kali menimbulkan masalah pada akumulasi air yang terbentuk di permukaan. Genangan air menjadikan lereng tanah jenuh dan sering menjadi pemicu lorotan material dari dinding tambang terutama pada bagian low wall. Pemetaan dioptimalkan guna mengidentifikasi akumulasi dan jalur air yang terbentuk pada low wall Pit A. Sehingga dapat dilakukan pemodelan aliran air dalam rekomendasi geoteknik dan pengendaliannya agar tidak terjadi penjenuhan (saturated). Pemetaan dilaksanakan berdasarkan hasil survei dengan akurasi satu meter dengan Geographic Information System (GIS) dengan hydrogeology tools, pengecekan kondisi aktual, perhitungan volume air hujan infiltrasi serta run-off berdasarkan curah air hujan dan material properties di Pit A. Data curah hujan sejak Januari hingga Desember 2021 menampikan angka dengan interval 83,0 hingga 507,5 mm. Analisis laboratorium menunjukkan nilai void ratio batuan low wall berupa lempung pasiran sebesar 0,53 sedangkan nilai porositas 34,14% di Pit A. Berdasarkan kajian GIS merepresentasikan volume akumulasi air total pada low wall adalah 764.348,41 m3 yang terdiri dari 404.705,544 m3 air infiltrasi sedangkan 359.642,875 m3 merupakan aliran run off. Hasil ekstraksi dengan GIS terbukti lewat keadaan aktual yang ditemukan di low wall Pit A dengan ditemukannya akumulasi serta aliran air. Pengamatan akumulasi air pada low wall Pit A ini diharapkan mengurangi potensi lereng yang jenuh sehingga muaranya adalah kestabilan lereng saat proses optimasi batubara.