Diagnosis dan Penatalaksanaan Fraktur Le Fort I-II disertai Fraktur Palatoalveolar Sederhana

Abstract

Pendahuluan: Fraktur pada sepertiga tengah wajah (midface) memerlukan pemeriksaan yang teliti dan penatalaksanaan yang tepat. Fraktur palatoalveolar jarang terjadi dan dapat terjadi bersamaan dengan fraktur lain pada trauma wajah. Pada beberapa dekade terakhir, berbagai modalitas penatalaksanaan fraktur sepertiga tengah wajah telah dicoba. Penatalaksanaan fraktur sepertiga tengah wajah dengan menggunakan fiksasi dengan miniplate dan screw mengungguli teknik-teknik terdahulu. Laporan Kasus: Dilaporkan satu kasus fraktur Le fort I-II dan fraktur palatoalveolar sederhana pada seorang laki-laki umur 19 tahun. Telah dilakukan Open Reduction Internal Fixation (ORIF) dengan miniplate dan screw serta pemasangan wire. Simpulan: ORIF dengan miniplate dan screw telah menjadi pilihan pada fraktur maksilofasial karena lebih stabil dalam hal fungsi dan fiksasi tulang yang lebih baik. Berdasarkan indikasi, fiksasi intermaksila, palatum splint, dan wire dapat digunakan secara tersendiri atau kombinasi untuk penatalaksanaan fraktur palatoalveolar.

<p><strong>Karakteristik fraktur palatum yang disertai fraktur dentoalveolar pada pasien trauma maksilofasial</p></strong><p><em><strong>Characteristics of palate fracture accompanied with dentoalveolar fracture in patients with maxillofacial trauma</p></em><strong>

“…Fraktur palatum adalah fraktur yang terjadi pada tulang palatum yang terdiri dari satu, dua atau lebih fragmen tulang palatum. 1 Insidensi fraktur palatum meningkat dengan persentase 46,4% menurut Chen, et al 2 Namun, sebagian besar penelitian menyebutkan kejadiannya bervariasi dari 8% hingga 13,2%. Fraktur palatum sering dikaitkan dengan fraktur Le Fort.…”

“…Fraktur palatum tipe I (tipe sagital) adalah pola fraktur yang paling banyak (91%). 1 Fraktur pada palatum jarang terjadi, tetapi sering menyertai fraktur Le fort dan dapat menimbulkan komplikasi. 9,10 Komplikasi fraktur palatum ke arah medial lebih besar, yang dapat mengakibatkan rahang atas menjadi sangat sempit dengan maloklusi.…”