2017
DOI: 10.26486/psikologi.v19i2.600
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Dinamika Resiliensi Remaja Dengan Keluarga Broken Home

Abstract: AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dinamika resiliensi remaja dengan keluarga broken home. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, responden utama dalam penelitian ini sebanyak dua orang dengan karateristik sebagai berikut : orang tua kandung bercerai serta ayah menikah lagi sebanyak 3 kali dan pertengkaran orang tua yang terusmenerus sehingga memberikan dampak yang negatif pada remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memperliha… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
2
1

Citation Types

1
4
0
6

Year Published

2020
2020
2024
2024

Publication Types

Select...
8

Relationship

0
8

Authors

Journals

citations
Cited by 13 publications
(11 citation statements)
references
References 0 publications
1
4
0
6
Order By: Relevance
“…Stres kerja merupakan sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan terhadap lingkungannya artinya stres terjadi akibat dipicu oleh ketidaknyamanan diri oleh hal-hal di sekitarnya yang mempengaruhi kestabilan emosi mereka. Terjadinya stres kerja dapat dipahami sebagai keadaan dimana seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh kemampuannya [11].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Stres kerja merupakan sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan terhadap lingkungannya artinya stres terjadi akibat dipicu oleh ketidaknyamanan diri oleh hal-hal di sekitarnya yang mempengaruhi kestabilan emosi mereka. Terjadinya stres kerja dapat dipahami sebagai keadaan dimana seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh kemampuannya [11].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Seperti munculnya rasa takut (Suryanti, 2018), cemas dan terancam (Conroy, 2004), khawatir (Rondha & Christianingrum, 2013), putus asa dan penurunan motivasi (Atkinson et al, 1983). Oleh karena itu, seorang cofounder harus memiliki kemampuan pengembangan dan ketahanan emosi agar dapat mengatasi permasalahan, yang disebut sebagai kemampuan resiliensi (Detta & Abdullah, 2017) Resiliensi atau daya lenting merupakan kemampuan individu untuk bertahan, bangkit dari kondisi yang sulit (Reivich & Shatte, 2003) melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan adaptif, sehingga dapat mengatasi permasalahan serupa di masa mendatang (Keye & Pidgeon, 2013) dengan lebih efektif (Muniroh, 2010). Resiliensi seringkali disebut sebagai kapasitas untuk "mempertahankan stabilitas psikologis dalam menghadapi stress" (Keye & Pidgeon, 2013) yang akan tampak ketika ia menghadapi situasi sulit (Rojas, 2015).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Bentuk lingkungan sosial dijelaskan sebagai bentuk dukungan sosial dari lingkungan terdekat individu, seperti misalnya layanan konseling khusus yang disediakan pihak sekolah untuk individu dengan latar belakang orang tua yang bercerai. Selanjutnya, hasil analisis hipotesis tiga pada penelitian ini diterima dan didukung oleh penelitian milik Detta & Abdullah (2017) yang menjelaskan bahwa, harapan yang dibangun remaja ketika kedua orang tuanya bercerai adalah berasal dari hubungan baik yang diciptakan remaja dengan lingkungannya. Selain itu, proses mendekatkan diri yang dilakukan remaja kepada Tuhannya dinilai mampu menciptakan harapan baik dan positif pada remaja saat mengalami kesulitannya.…”
Section: Diskusiunclassified