Deregulasi industri listrik telah terjadi di banyak negara. Tujuan utama di balik deregulasi ini adalah memperkenalkan kompetisi yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan di industri pasokan listrik. Perubahan yang signifikan akan terjadi pada nilai pembangkitan dan fungsi saluran transmisi. Pelanggan akan berpartisipasi menyambut pasar bebas dan hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang ingin membangun pembangkit sendiri dalam skema operasi wheeling untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Wheeling menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Metode aliran daya akan digunakan setelah penambahan wheeling pada sistem. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengetahui kondisi sistem setelah wheeling ditambahkan karena peta aliran daya akan berubah saat ada pelaku wheeling. Metode studi aliran daya memberikan informasi besarnya daya total yang dibangkitkan oleh generator, tetapi tidak memberikan informasi daya yang dialirkan oleh generator di setiap jaringan transmisi. Untuk mengetahui alokasi daya yang dialirkan oleh generator di setiap jaringan transmisi, metode power tracing akan digunakan. Metode ini dapat memberikan informasi alokasi daya yang dialirkan oleh generator di setiap jaringan transmisi pada sistem. Penelitian ini akan membahas metode power tracing menggunakan metode algortima genetika (AG). AG adalah satu dari beberapa metode optimisasi dan mengasumsikan alokasi daya yang dialirkan oleh generator sebagai masalah yang akan dioptimisasi. Penentuan harga wheeling menggunakan metode Long Run Marginal Cost (LRMC). Metode ini memproyeksikan biaya masa depan dengan memperhatikan perubahan beban yang terjadi setiap saat dalam kurun waktu yang ditentukan. Pada makalah ini metode LRMC dibandingkan dengan metode penetuan biaya wheeling lainnya, yaitu metode MW-Mile. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa metode LRMC lebih murah dibandingkan dengan metode MW-Mile. Dari perspektif ekonomi, penentuan biaya wheeling menggunakan metode LRMC lebih murah 14%-20% daripada metode MW-Mile.