2021
DOI: 10.20473/tijab.v5.i2.2021.31061
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Do Accounting, Market, and Macroeconomic Factors Affect Financial Distress? Evidence in Indonesia

Abstract: This paper aims to investigate the effect of accounting, market, and macroeconomic factors on financial distress. The investigations were expanded by constructing seven research models to simulate all factors. The research sample includes companies listed on the IDX from 2016 to 2020 which produce 1.710 data. This paper finds that retained earnings (RETA) and earnings (EBITTA) as part of accounting factors have a role in weakening financial distress and can be consistently tested in several research models. Eq… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2022
2022
2023
2023

Publication Types

Select...
3

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(3 citation statements)
references
References 55 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Sehingga apabila nilai perusahaan mampu memoderasi serta memperkuat pengaruh inflasi terhadap financial distress maka akan tersampaikan isyarat yang meyakinkan untuk investor dalam berinvestasi di perusahaan. Sejalan dengan penelitian Pertiwi (2018), Ceylan (2021), dan Taufik & Sugianto (2021) yang menyatakan bahwa naiknya tingkat inflasi akan membuat kemungkinan terjadinya financial distress semakin mengecil, serta penelitian Nisak (2021) dan Yulitasari & Yulistina (2019) menyatakan kenaikan nilai perusahaan akan mempengaruhi mengecilnya kemungkinan terjadinya financial distress. Jika dilihat maka kedua variabel sama-sama mempunyai pengaruh yang positif serta siginifikan terhadap financial distress.…”
Section: Pengembangan Hipotesisunclassified
“…Sehingga apabila nilai perusahaan mampu memoderasi serta memperkuat pengaruh inflasi terhadap financial distress maka akan tersampaikan isyarat yang meyakinkan untuk investor dalam berinvestasi di perusahaan. Sejalan dengan penelitian Pertiwi (2018), Ceylan (2021), dan Taufik & Sugianto (2021) yang menyatakan bahwa naiknya tingkat inflasi akan membuat kemungkinan terjadinya financial distress semakin mengecil, serta penelitian Nisak (2021) dan Yulitasari & Yulistina (2019) menyatakan kenaikan nilai perusahaan akan mempengaruhi mengecilnya kemungkinan terjadinya financial distress. Jika dilihat maka kedua variabel sama-sama mempunyai pengaruh yang positif serta siginifikan terhadap financial distress.…”
Section: Pengembangan Hipotesisunclassified
“…Penurunan ini disebut sebagai kesulitan keuangan, dimana suatu perusahaan mengalami kemerosotan dalam kinerja bisnis, krisis atau kurang sehat sebelum menjadi pailit (Candradewi & Rahyuda, 2021). Kriteria perusahaan memasuki kesulitan keuangan dapat diukur dengan beberapa rasio, seperti rasio modal kerja dengan jumlah aset, rasio laba ditahan dengan jumlah aset, rasio laba sebelum bunga dan pajak dengan jumlah aset, dan rasio nilai buku ekuitas dengan jumlah utang (M. Taufik & Sugianto, 2021). Suatu perusahaan yang pertumbuhan laba per sahamnya negatif juga dapat dikatakan sedang mengalami kesulitan keuangan dan kebanyakan karena gagal membayar utang obligasi (Ud-Din et al, 2020) atau tata kelola yang gagal/tidak efektif (Sewpersadh (2022).…”
Section: Kajian Literatur Dan Pengembangan Hipotesisunclassified
“…According toTaufik and Sugianto (2021), Indonesia's low inflation rate from 2016 to 2020 indicates a decrease in purchasing power or deflation, indicating that Indonesia's macroeconomy lacks sufficient economic fundamentals to cause financial distress in the company. This condition is also corroborated by inflation statistics from the Bank Dewi, D. N.,Murhadi, W. R., Sutejo, B. S. (2023).…”
mentioning
confidence: 99%