Some tribes in Indonesia have a big family culture. The study aimed to analyze factors that correlate to family size in Indonesia. The study employed secondary data from the 2017 Indonesia’s Demographic and Health Survey. The samples used were 34,353 childbearing age couples. The variables analyzed included type of residence, wealth, marital, cohabitation duration, complete child gender, contraceptive, age of husband-wife, education of husband-wife, and occupation of husband-wife. Final test by binary logistic regression. The results show that couples in urban areas are less likely to have a family size ≤ 4 than couples who live in rural areas. The better the wealth status, the higher the possibility to have a family size ≤ 4. The longer the cohabitation period, the lower the possibility of having a family size ≤ 4. Couples who already have complete child gender were 0.148 times more likely to have a family size < 4 than couples with incomplete child gender. The contraceptives use has a probability of 0.727 times more than those not using it to have a family size ≤ 4. The husband with primary education was 1.242 times more likely than the husband with no education to have a family size ≤ 4. The study found that a wife’s age correlated to family size. Couples with employed wives were 1.273 times more likely than those not employed to have a family size ≤ 4. The study concluded that eight variables correlated to family size among childbearing age couples in Indonesia: residence, wealth, cohabitation duration, complete child gender, contraceptive use, husband’s education, wife’s age, and wife’s employment. AbstrakBeberapa suku di Indonesia memiliki budaya keluarga besar yang sangat kuat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berkorelasi dengan ukuran keluarga di Indonesia. Studi memanfaatkan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel yang digunakan adalah 34.353 pasangan usia subur. Variabel yang dianalisis meliputi jenis tempat tinggal, kekayaan, perkawinan, lama kohabitasi, kelengkapan jenis kelamin anak, kontrasepsi, umur suami-istri, pendidikan suami-istri, dan pekerjaan suami-istri. Pengujian akhir dengan regresi logistik biner. Hasilnya menunjukkan pasangan di daerah perkotaan lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki ukuran keluarga ≤ 4 dibandingkan pasangan yang tinggal di daerah pedesaan. Semakin baik status kekayaannya maka semakin tinggi kemungkinan memiliki ukuran keluarga ≤ 4. Semakin lama kohabitasi maka semakin kecil kemungkinan memiliki ukuran keluarga ≤ 4. Pasangan yang sudah memiliki jenis kelamin anak lengkap kemungkinannya 0,148 kali dibandingkan dengan yang tidak lengkap untuk memiliki ukuran keluarga ≤ 4. Pemakaian alat kontrasepsi memiliki probabilitas 0,727 kali lipat dibandingkan dengan yang tidak menggunakannya untuk memiliki ukuran keluarga ≤ 4. Suami yang berpendidikan dasar 1,242 kali lebih mungkin untuk memiliki ukuran keluarga ≤ 4 dibanding keluarga dengan suami tidak berpendidikan. Usia istri menjadi faktor penentu ukuran keluarga. Pasangan dengan istri yang bekerja 1,273 kali lebih mungkin dibandingkan mereka yang tidak bekerja untuk memiliki ukuran keluarga ≤ 4. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa delapan variabel merupakan faktor-faktor yang memengaruhi ukuran keluarga pada pasangan usia subur di Indonesia. Delapan faktor tersebut adalah jenis tempat tinggal, status kekayaan, lama kohabitasi, jenis kelamin anak lengkap, penggunaan kontrasepsi, pendidikan suami, usia istri, dan status pekerjaan istri.